Pemkot Yogya Waspadai Penyakit Leptospirosis di Musim Hujan
UMBULHARJO- Pemerintah Kota Yogyakarta mewaspadai penyakit yang rentan muncul pada musim hujan seperti Leptospirosis. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira dari kencing tikus itu lebih mudah tersebar lewat aliran air maupun genangan saat hujan. Untuk itu masyarakat diharapkan waspada dengan mencegah penyakit Leptospirosis.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Lana Unwanah mengatakan beberapa penyakit yang muncul pada musim hujan seperti Leptospirosis, diare, demam berdarah, flu dan penyakit kulit selalu menjadi perhatian Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta di musim hujan. Himbauan terkait kewaspadaan dan pencegahan penyakit Leptospirosis sudah disampaikan ke masyarakat.
"Penyakit seperti Leptospirosis selalu menjadi perhatian Dinas Kesehatan saat masuk musim penghujan. Sudah kita sampaikan himbauan kepada masyarakat, " kata Lana pada Senin (29/1/2024).
Lana menjelaskan Leptospirosis bisa menular secara langsung melalui darah, urine atau cairan tubuh lain yang mengandung bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh dan penularan langsung dari hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira ke manusia. Sedangkan penularan secara tidak langsung melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urine dari hewan terinfeksi Leptospirosis.
"Bisa ditularkan melalui kencing tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Bakteri masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan genangan air sungai, selokan, lumpur yang tercemar kencing tikus," terangnya.
Lana menuturkan masa inkubasi Leptospirosis biasanya rata- rata 7 - 10 hari. Gejala-gejala tubuh yang terinfeksi Leptospirosis berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, khususnya di daerah betis, paha, mata kuning dan tidak kencing sampai 6 jam setelah 2-5 hari sebelumnya. Jika mengalami gejala-gejala itu dan melakukan pekerjaan yang berisiko terpapar urine tikus diharapkan segera memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan atau puskesmas terdekat.
Kota Yogyakarta memiliki riwayat adanya penyakit Leptospirosis setiap tahun. Dia menyebut selama tahun 2023 total ada 23 kasus Leptospirosis di Kota Yogyakarta. Dari kasus Leptospirosis itu tidak ada yang sampai meninggal dunia. "Kasusnya tersebar merata di wilayah Kota Yogyakarta dan tidak ada yang meninggal," ujar Lana.
Meski demikian masyarakat diharapkan tetap mencegah Leptospirosis yang lebih rentan tertular di musim hujan. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menghimbau masyarakat untuk mengelola dan meminimalisir sampah yang bisa mengundang tikus, membersihkan dengan desinfektan bagian rumah yang diindikasi bekas kencing tikus, para pekerja yang terkait sampah dan beraktivitas di sawah, selokan agar menggunakan pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot untuk menghindari paparan pada kulit. Jika ada luka di bagian tangan dan kaki agar diobati dan ditutupi dengan pelindung luka.
"Cuci tangan dan bersih-bersih setelah beraktivitas di tempat berisiko terjadinya penularan Leptospirosis. Prinsipnya melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)," ucapnya.
Sementara itu Kepala Puskesmas Kotagede II Yusnita Susila Astuti menyampaikan untuk kewaspadaan Leptospirosis, Puskesmas Kotagede II memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat melalui infografis terkait penyakit Leptospirosis, tanda dan gejala, cara pencegahan dan risiko penularan. Di samping itu melakukan survei vektor reservoir (pembawa) Leptospirosis untuk mengetahui faktor risiko penularan.
"Pada musim hujan lebih berpotensi risikonya karena penularan Leptospirosis melalui air kencing tikus, sehingga lebih mudah menyebar pada saat hujan. Risiko (warga) di bantaran juga lebih rentan karena bantaran sungai rawan banjir sehingga air kencing tikus yang mengandung bakteri Leptospirosis mudah mengalir bersama air sungai atau air banjir," pungkas Yusnita.(Tri).