PBTY 2013 SULTAN RESMIKAN GAPURA KETANDAN

Hujan deras tidak menyurutkan antusias warga dalam mengikuti ceremonial pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) tahun 2013. Acara diawali dengan peresmian Gapura Kampoeng Ketandan, yang terletak di tepi Jl Malioboro oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Rabu (20/2).

Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti dalam sambutannya mengatakan bahwa Kampung Ketandan termasuk saksi perjalanan sejarah Yogyakarta akan terjadinya akulturasi budaya Jogja dan Cina. Keberadaan ketandan ini memperkaya ragam budaya di Yogyakarta. "Diharapkan masyarakat luas dapat menerima keragaman ini dan memberi ruang kepada masyarakat Tionghoa untuk tetap melestarikan budayanya. Toleransi masyarakat Yogyakarta diharapkan semakin tinggi dan jangan sampai ada jurang pemisah antar suku yang ada", kata Haryadi Suyuti. "Maka dengan adanya keberadaan gapura Kampoeng Ketandan bisa mempermudah masyarakat untuk bemostalgia dengan tradisi dan budaya Tionghoa khas Yogyakarta," kata Haryadi.

Dalam sambutannya Sultan berharap agar Gapura ini lebih bisa menarik animo wisatawan domestik dan luar negeri untuk datang ke kampoeng Tionghoa tersebut. "Keberadaan kampung pecinan di dekat Malioboro yang merupakan tujuan wisata diharapkan bisa ikut berkembang. Nantinya wisatawan yang datang tidak perlu menggunakan mobil tapi bisa berjalan kaki saja sehingga tidak ada satu toko pun yang terlewatkan. Wisatawan yang ke Malioboro tidak hanya wisata belanja saja tapi juga melihat akulturasi budaya Jogja dan Cina yang ada di Ketandan", ungkap Sri Sultan yang kemudian secara simbolis meresmikan Gapura tersebut dengan penandatangan Prasasti. Kemudian rombongan hadirin langsung berjalan kaki menuju panggung utama PBTY yang selama sepekan dari tanggal 20 - 24 Februari 2013 akan menyajikan hiburan-hiburan budaya Tionghoa.

Dalam laporan penyelenggaraan Ketua Panitia, Trikirana Haryadi Suyuti mengungkapkan bahwa PBTY tahun ini memiliki tema Sewindu PBTY Harmoni Budaya Yogyakarta. "Selain Bazar, Kuliner, Panggung Hiburan kami juga menyelenggarakan banyak acara," katanya. "Pada tahun ini, yang merupakan tahun kedelapan dilaksanakan PBTY, diselenggrarakan Ajang Pemilihan Cici dan Koko dan pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia dengan pembuatan tumpeng raksasa yang terbuat dari kue keranjang sebanyak 6.666 buah setinggi 2,5 meter", tambah Trikirana.

Seperti biasanya berlangsung pula arak-arakan pawai budaya Tionghoa yang dimeriahkan naga terpanjang dengan tajuk Jogja Dragon Festival II, serta pawai barongsai massal yang akan diselenggarakan Sabtu (23/2) dengan rute Jalan Malioboro hingga titik 0 kilometer. (byu)