Festival Apem Simbol Kerukunan Warga Ratmakan
Gondomanan-Warga Kampung Ratmakan, Kelurahan Ngupasan, Gondomanan kembali menggelar festival apem 'ngapem ruwahan' jelang bulan puasa Ramadan, Minggu pagi (25/2/2025). Dalam festival ini terdapat tiga buah gunungan berukuran besar.
Dua gunungan berisikan apem, ketan, dan kolak, serta satu gunungan berisikan sayur hasil bumi. Tiga gunungan tersebut sebagai simbol rasa syukur serta saling memaafkan antar sesama manusia dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebelum acara dimulai, seluruh warga Kampung Ratmakan mengarak tiga buah gunungan tersebut. Warga yang mengarak gunungan menggunakan pakaian adat jawa dengan iringan lantunan gendhing gamelan yang membuat suasana festival ini semakin meriah dan khidmat.
Di barisan terakhir, terdapat pertunjukan barongsai yang juga ikut mengiringi arak-arakan. Acara yang sudah digelar kedua kalinya ini diikuti oleh tiga RW di Kampung Ratmakan yaitu RW 07, 08, dan 09 serta masyarakat sekitar.
Ketua Panitia acara tersebut, Ahmad Munandirin mengatakan tujuan digelarnya acara tersebut agar mewujudkan Kampung Ratmakan yang selalu kompak, damai, dan rukun.
"Semoga kita bisa melaksanakan bulan Ramadan yang penuh berkah dan penuh pahala," imbuhnya di Kalimas Jalan Mayor Suryotomo.
Selain itu, digelarnya acara ini juga untuk melestarikan adat tradisi masyarakat jawa agar tidak punah. “Ini adalah tradisi yang harus terus dilestarikan. Acara ini juga kami jadikan atraksi untuk menarik perhatian wisatawan,” bebernya.
Ia berharap kegitan ini dapat terus dilanjutkan untuk menjadi agenda budaya dan menjadi wadah kerukunan antar warga.
Sementara itu Penjabat Wali Kota Yogya, Singgih Raharjo menyambut baik acara tersebut. Menurutnya dengan adanya festival apem ini dapat mewujudkan harmonisasi unsur religi, seni, dan budaya di masyarakat Kampung Ratmakan.
Singgih pun meminta agar tradisi ruwahan tersebut hendaknya tetap diteruskan mengingat nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap aspek dalam acara Ngapem Ruwahan.
"Ini juga sebagai momentum kebersamaan seluruh warga. Kita hidup dalam ruang bersama, yang di dalamnya kultur bersama juga diciptakan. Semangat kebersamaan dan prinsip kewargaan ini menjadi pesan yang akan terus digaungkan," tandasnya.
Selain itu, acara tersebut merupakan salah satu peringatan awal untuk masyarakat bahwa sebentar lagi tekah memasuki bukan Ramadan.
"Hikmah yang bisa dipetik dari tradisi ini salah satunya adalah keikhasan untuk saling memaafkan, sebagai persiapan mental sebelum melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan," katanya. (Han)