Pemkot Yogya Kaji Penambahan EWS di Tiga Sungai
UMBULHARJO- Pemerintah Kota Yogyakarta mengkaji penambahan sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) bencana banjir di tiga sungai. Terutama di tiga sungai kecil atau anak sungai yang selama ini belum dipasang EWS. Keberadaan EWS dinilai penting agar masyarakat di bantaran sungai dapat menyiapkan evakuasi lebih dini untuk mengurangi risiko bencana.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Nur Hidayat menyebut total ada 17 titik EWS yang sudah terpasang di sungai-sungai di Kota Yogyakarta. Rinciannya Sungai Code 8 titik EWS, Sungai Winongo 4 titik EWS, Sungai Gajah Wong 5 titik EWS dan Kali Belik 3 titik EWS. EWS dengan sistem otomatis baru dipasang di Kali Belik dan di sungai lain EWS masih manual.
“Saya kira ke depan akan ada (penambahan) di tiga sungai. Ada Kali Buntung, Tekik dan Widuri. Nanti yang sering meluap akan kita pasang EWS otomatis. Kali Buntung, Widuri dan Tekik, karakteristiknya seperti Kali Belik,” kata Nur Hidayat ditemui usai jumpa pers isu terkini di Balai Kota Yogyakarta, Selasa (27/2/2024).
Dia menjelaskan EWS dengan sistem otomatis akan berbunyi, saat indikator ketinggian sungai sudah merah. Hal itu terjadi di Kali Belik saat hujan lebat dan ketinggian air naik pada Sabtu (24/2/2024) EWS langsung berbunyi. Sedangkan untuk EWS manual, pemantauan ketinggian sungai lewat CCTV oleh petugas Pusdalops BPBD Kota Yogyakarta. Saat alat pengukur ketinggian air sungai atau telemetri meningkat, petugas Pusdalops akan mengkomunikasikan peringatan lewat pengeras suara di EWS.
“Harapannya di tiga anak sungai mudah-mudahan kita bisa mengadakan. Karena EWS ini sangat penting sekali dan ke depan teknologinya kita tingkatkan,” tambahnya.
BPBD Kota Yogyakarta sudah memasang telemetri di Sungai Code, Gajah Wong, Winongo dan Kali Belik, Adapun perlengkapan peralatan di Kantor BPBD Kota Yogyakarta tersedia pantauan melalui layar monitor dan perangkat radio komunikasi dan melalui kamera CCTV serta monitoring informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Selain itu BPBD Kota Yogyakarta menargetkan pembentukan 169 Kampung Tangguh Bencana (KTB). Termasuk di masyarakat bantaran sungai. Dalam KTB sudah ditentukan titik-titik kumpul dan evakuasi. “Setiap kampung sudah kami berikan pembelajaran terkait KTB dengan manajemen kebencanaan. Salah satunya ada sarana jalan evakuasi,” ujar Nur
Sementara itu Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan melakukan pemantauan ke lokasi di permukiman di sekitar Sungai Belik di Klitren pada 24 Februari 2024 usai hujan reda dan air surut. Masyarakat sekitar juga sudah sigap mengatasi kondisi itu sehingga sebelum malam, air sudah tidak ada yang masuk ke rumah warga.
“Saya cek fungsi EWS berjalan. Begitu debit air naik, kemudian EWS berbunyi. Ini sangat membantu bagi masyarakat, mereka bisa mempersiapkan diri,” tutur Singgih saat jumpa pers.
Menurutnya setelah dicek di lapangan, ada beberapa celah sehingga air bisa masuk ke rumah-rumah warga. Oleh sebab itu pihaknya meminta Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Kota Yogyakarta untuk bisa menindaklanjutinya. Pihaknya menegaskan upaya yang dilakukan Dinas PUPKP Kota Yogyakarta untuk mengantisipasi luapan sudah bagus seperti membangun jembatan yang lebih tinggi dan melebarkan sungai dengan adanya akses jalan untuk pedestrian dan kendaraan. Namun masih ada celah yang perlu ditangani untuk sementara waktu. Sedangkan penanganan jangka panjang dilakukan penataan dengan program mundur munggah madhep kali (M3K).(Tri)