Kelompok Makanan dan Minuman Penyumbang Inflasi di Yogya
MERGANGSAN - Pada tahun 2024 Kota Yogyakarta mendapatkan inflasi tertinggi sebesar 2,83 persen dengan IHK sebesar 106,14 persen, dibanding dengan DIY yakni sebesar 2,75 persen.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala BPS Provinsi DIY, Herum Fajarwati saat mengikuti rilis berita statistik secara online, Jumat (1/3) .
Herum Fajarwati mengatakan, inflasi yang terjadi di DIY berpengaruh pada Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,65.
Selain inflasi tertinggi dari Kota Yogyakarta disusul oleh Kabupaten Gunungkidul yang tercatat mengalami inflasi y-on-y sebesar 2,69 persen dengan IHK sebesar 105,25.
“Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,66 persen,”ungkapnya.
Tak hanya itu, pada kelompok kesehatan juga mengalami inflasi sebesar 2,36 persen, kelompok transportasi sebesar 1,19 persen, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,86 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,72 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,19 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,37 persen.
“Sehingga tingkat inflasi month to month (m-to-m) di tingkat DIY pada Februari 2024 sebesar 0,39 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Februari 2024 sebesar 0,37 persen,”ungkapnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia M. Habibullah mengatakan, BPS RI mencatat pada bulan Februari 2024 terjadi inflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,37 persen dan inflasi year-on-year (y-on-y) sebesar 2,75 persen.
Menurutnya, penyumbang utama inflasi pada bulan Februari 2024 secara m-to-m adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau hingga 1,79 persen.
Sedangkan, penyumbang utama inflasi terbanyak adalah dari kelompok seperti beras cabai merah, daging ayam ras, sigaret kretek mesin (SKM), tomat dan bawang putih.
Pihaknya mengungkapkan, secara komponen, tingkat inflasi pada tahun ini secara tahunan relatif stabil di angka 1,68 persen.
Pada tahun ini Inflasi tertinggi terjadi pada Provinsi Papua Selatan sebesar 4,61 persen. Kemudian disusul Provinsi Gorontalo dengan inflasi 3,73 persen, Bengkulu 3,68 persen, Kalimantan Timur 3,28 persen, Jawa Barat 3,09 persen, dan Nusa Tenggara Timur 3,01 persen.
“Inflasi ini sering terjadi pada saat momen Ramadhan setiap tahunnya. Selain itu, inflasi juga terjadi pada emas atau perhiasan, angkutan udara dan kontrak rumah yang memberikan dampak signifikan,”ujarnya.
Ia menambahkan, inflasi juga terjadi pada komoditi beras di tingkat eceran yang mengalami kenaikan pada m-to-m sebanyak 5,28 persen dan hingga 19,28 persen secara y-on-y.
Meskipun secara bulanan inflasi Februari 2024 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Inflasi tahun kalender (y-to-d) masih lebih rendah dibandingkan Februari 2022 dan Februari 2023. Untuk Februari 2024 lebih dominan komponen harga bergejolak pada kelompok beras yang menyumbang andil sebesar 0,24 persen.
“Jika mengacu pada data historis yang ada pada periode bertepatan dengan momen Ramadhan, harga beberapa komoditas meningkat ini dampak dari permintaan yang berpotensi untuk mendorong inflasi secara umum sehingga mengalami kenaikan,”ujarnya.
Saat ditemui, Kepala BPS Kota Yogyakarta, Mainil Asni mengatakan, untuk Kota Yogyakarta tingkat inflasi m-to-m Kota Yogyakarta bulan Februari 2024 sebesar 0,33 persen dan tingkat inflasi y-to-d Kota Yogyakarta bulan Februari 2024 sebesar 0,40 persen.
“Sehingga penyumbang utama inflasi bulan Februari 2024 secara m-to-m adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebanyak 0,25 persen. Dimana penyumbang utama inflasi antara lain beras, telur ayam ras, cabai merah, kembang kol, nangka muda, daging ayam ras, dan sawi hijau,”imbuhnya.
Sedangkan penyumbang utama inflasi y-on-y adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebanyak 1,54 persen diantaranya beras beras, cabai merah, SKM, bawang putih, gula pasir, Sigaret Kretek Tangan (SKT), Sigaret Putih Mesin (SPM), makanan ringan/snack, telur ayam ras, dan jeruk.
Adapun dari kelompok transportasi dengan andil 0,38 persen dari komoditas penyumbang utama inflasi adalah tarif angkutan udara, tarif kereta api, mobil, perbaikan ringan kendaraan, sepeda motor, dan bensin.
Untuk kelompok pendidikan inflasi mencapai 0,23 persen dari komoditas penyumbang utama inflasi adalah Akademi/Perguruan Tinggi, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, serta Bimbingan Belajar.
“Jika dibandingkan, pada bulan Februari 2023 dan Februari 2024, pada tahun ini mengalami penurunan inflasi. Dimana inflasi pada tahun ini sebanyak 2,83 jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 6,28 persen. Semoga di tahun ini jumlah inflasi akan terus meningkat”katanya. (Hes)