Libatkan Organisasi Perempuan dalam Pengolahan Sampah di Wilayah
DANUREJAN - Pemerintah Kota Yogyakarta mendapat nilai tertinggi dalam pengelolaan sampah dibandingkan Kota/Kabupaten di DIY yakni dengan nilai 99,49 persen sampah terkelola.
Hal ini disampaikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono I pada Rapat Koordinasi Pengendalian (Rakordal) Triwulan I Tahun 2024 pada Selasa (7/5) di Gedhong Pracimasana Komplek Kepatihan Yogyakarta.
Pihaknya mengatakan, pada Rapat Koordinasi Pengendalian Triwulan I tahun 2024 mengangkat tema ‘Sinergi Bersama Mengolah Sampah Menjadi Berkah’ dengan harapan, dapat menambah kesadaran bersama, untuk segera mengatasi permasalahan pengelolaan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dimana per 1 Mei 2024, Pemda DIY bersama Pemerintah Kabupaten/ Kota, telah menutup layanan penampungan sampah regional TPA Piyungan berbasis landfill, yang selama ini telah melayani warga Yogyakarta, Sleman dan Bantul (Kartamantul), sejak tahun 1996.
“Dengan mengoptimalkan pengurangan sampah dari rumah atau sumber, dengan pemilahan dan pengolahan dan fasilitasi pengolah sampah, akan menggantikan sistem TPA Piyungan, yang berorientasi kumpul-campur-angkut-buang,”jelas Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono I saat sambutan.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono I juga mengajak Bupati/ Walikota untuk ikut berkomitmen bersama berdasarkan prinsip moral hamemayu hayuning bawana. Dengan strategi merubah perilaku warga agar lebih peduli terhadap kelestarian alam dan lingkungan.
Tak hanya itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono I juga apresiasi dan berterima kasih kepada Bupati/ Walikota yang telah merespon desentralisasi persampahan di DIY.
“Tentunya upaya pengelolaan sampah ini melalui berbagai kebijakan dan program atau kegiatan, seperti penganggaran dalam penyediaan TPST, mengoptimalkan TPS3R, penggunaan teknologi, pemanfaatan sampah menjadi RDF, dan telah membangun sinergi dengan Pemerintah Kalurahan untuk pengelolaan sampah,”ungkapnya.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo mengungkapkan, capaian pengelolaan sampah dengan nilai 99,49 persen sampah terkelola dengan baik tidak terlepas dari upaya pemerintah dan masyarakat dalam mengelola sampah dari sumbernya.
Dalam hal ini, pemerintah secara sigap mengedukasi masyarakat untuk mengelola sampah dengan berbagai upaya diantaranya dengan Biopori, Losida, ember tumpuk, bahkan gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo).
Selain itu, pengelolaan sampah anorganik dikelola dengan melibatkan 666 bank sampah yang tersebar di seluruh wilayah Kota Yogyakarta.
“Setelah adanya penutupan TPA Piyungan, kami mengedukasi masyarakat dengan berbagai upaya dalam mengelola sampah dari sumbernya. Selain itu, kami juga memaksimalkan pengelolaan dengan tiga Tempat Pengelolaan Sampah Reduce,Reuse,Recycle (TPS3R) untuk desentralisasi menjadi industri tentunya dengan penambahan peralatan yang dibutuhkan,”katanya.
Singgih mengungkapkan, setidaknya dari tiga TPS3R yakni di Nitikan, Karangmiri dan Kranon yang dibangun agar mampu mengolah sampah sebanyak 70 ton per harinya dengan sistem Refuse derived fuel (RDF).
“Ini sangat membantu kami dalam mengolah sampah menjadi RDF atau bahan bakar alternatif dan kita juga sudah bekerjasama dengan beberapa wilayah untuk memanfaatkan RDF tersebut salah satunya di Pasuruhan,”imbuhnya.
Namun, menurutnya dengan upaya yang dilakukan belum bisa menyelesaikan sepenuhnya permasalahan sampah yang ada di Kota Yogyakarta. Dimana setiap harinya Kota Yogyakarta menghasilkan sampah setidaknya 200 ton per hari.
“Dengan perkotaan yang padat penduduk, saya berharap ke depannya akan ada teknologi pengolahan sampah yang tidak terlalu banyak berdampak yang bisa diaplikasikan untuk Kota Yogyakarta,”jelas Singgih.
Selaras dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Rosa Vivien Ratnawati mengapresiasi Kota Yogyakarta yang mendapatkan nilai penanganan sampah sebanyak 88,30 persen dan sampah terkelola hingga 99,49 persen.
Ia berharap, kota/kabupaten lainnya bersama-sama mendorong masyarakat untuk memaksimalkan memilah dan mengolah sampah mereka.
“Kota Yogyakarta paling keren. Sampah Terkelola mencapai 99,49 persen. Semoga konsistensi dari kepala daerah di DIY dapat membantu mengurangi permasalahan sampah yang ada,”
Ia juga berharap, baik masyarakat maupun organisasi perempuan seperti Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Dharma Wanita juga ikut memberikan edukasi untuk terus mengolah sampah.
“Perempuan ini menjadi salah satu garda terdepan dalam mengolah dan memilah sampah. Saya berharap organisasi perempuan juga ikut bergerak dalam mengolah sampah di wilayah mereka,”ungkapnya. (Hes)