Tiga Kelurahan Raih Best Practice Penanganan Stunting 2024
UMBULHARJO - Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan penghargaan atau ‘Best Practice’ bagi tiga kelurahan yang secara signifikan mampu menangani angka stunting di Tahun 2024. Penghargaan ini secara langsung diberikan oleh Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo kepada Kelurahan Wirobrajan, Kelurahan Tegalrejo, dan Kelurahan Gunungketur di Ruang Yudhistira Balaikota Yogyakarta, Rabu (15/5).
Pemberian penghargaan ini berdasarkan perhitungan dengan memperhatikan prevalensi stunting, nilai D/S, dan nilai cakupan layanan, maka tiga kelurahan tersebut memiliki nilai tertinggi dan menjadi best practice penanganan stunting.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bappeda Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono. Ia mengatakan, berdasarkan Peta Persebaran Prevalensi Stunting Kota Yogyakarta pada bulan Februari 2024, prevalensi tertinggi berada di Kelurahan Purbayan, sedangkan yang terendah berada di Kelurahan Wirobrajan.
Sehingga, untuk prevalensi stunting di Kota Yogyakarta pada tahun 2024 sebesar 12 persen. “Maka saat ini tugas kita bersama masih terdapat 15 Kelurahan yang belum mencapai target prevalensi stunting. Untuk itu, diharapkan kelurahan di Kota Yogyakarta mampu memaksimalkan pencegahan stunting secara intervensi sensitif dan intervensi spesifik secara maksimal,”jelas Agus Tri Haryono saat sambutan pada kegiatan Rembug Stunting.
Ia berharap, peran OPD, mitra, dan wilayah dalam intervensi stunting di Tahun 2025 dengan anggaran yang sudah disesuaikan ke dalam kegiatan dapat menangani stunting secara signifikan.
“Setiap tahunnya jumlah Lokus Stunting di Kota Yogyakarta terus bertambah. Untuk Tahun 2025 akan ada 35 lokus. Jumlah tersebut bertambah dibandingkan Tahun 2024 dengan jumlah 30 lokus. Semoga dengan demikian mampu mencapai hasil terbaik untuk penurunan prevalensi stunting di Kota Yogyakarta,”ungkapnya.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo mengucapkan selamat kepada tiga kelurahan yang menjadi best practice dalam penanganan stunting di Tahun 2024. “Selamat kepada tiga kelurahan. Capaian ini tidak terlepas dari Mantri Pamong Praja dan khususnya warga yang ikut berkomitmen dalam menurunkan angka stunting di wilayahnya. Namun tidak hanya komitmen saja, semoga bisa diimplementasikan dan menjadi motivasi maupun inspirasi bagi wilayah lainnya,”ujarnya.
Pihaknya juga berterima kasih kepada seluruh stakeholder seperti Baznas, Kementerian Agama Kota Yogyakarta dan bahkan PSIM yang ikut mendorong penurunan stunting di Kota Yogyakarta.
“Semoga bentuk kolaborasi antar stakeholder ini terus ditingkatkan, dan akan menghasilkan inovasi-inovasi yang mampu memberikan dampak untuk menuju Kota Yogyakarta zero stunting. Sehingga, penuntasan stunting akan berpengaruh pada generasi emas di Tahun 2045,”imbuhnya.
Salah satu penerima best practice, Lurah Kelurahan Wirobrajan, Dani mengungkapkan, pencapaian ini tidak akan tercapai tanpa dukungan dari berbagai pihak yang ikut berpartisipasi dalam penanganan stunting khususnya di wilayah Kelurahan Wirobrajan.
Dani menambahkan, penanganan stunting yang telah dilakukan diantaranya menggandeng gerakan gandeng gendong dalam membuat Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak stunting di wilayahnya.
Dimana saat ini ada sebanyak 14 anak stunting yang sedang dipantau untuk tumbuh kembangnya dengan melibatkan puskesmas setempat.
“Kami setiap selasa melakukan pemantauan didampingi puskesmas, dan memberikan PMT kepada 14 anak stunting yang ada di wilayah kami. Harapannya, anak stunting yang ada di wilayah kami segera membaik dan mendapatkan gizi yang seimbang. Tentunya hal ini juga memerlukan dukungan dari kedua orang tua anak. Sehingga, di wilayah Kelurahan Wirobrajan zero stunting,”katanya. (Hes)