Jogja Cross Culture 2024 Ruang Ekspresi Bersama Tampilkan Potensi Wilayah

Danurejan – Jogja Cross Culture (JCC) kembali digelar untuk keenam kalinya, pada Sabtu (25/5/2024) di sepanjang Jalan Malioboro, mengangkat tema Rikat Rakit Raket dengan menyajikan belasan panggung yang masing-masing dikelola seniman dari 14 kemantren.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto mengatakan, tema Rikat Rakit Raket mempunyai filosofi atas suatu proses yang menjadi doa bagi semua pihak, perihal pengalaman artistik melalui kegiatan Jogja Cross Culture. 

"Rikat, bermaknakehidupan masyarakat di Kota Yogyakarta yang selalu bergerak dan bekerja cepat. Kemudian Rakit, berarti berproses saling melengkapi dan menyempurnakan, serta Raket, yaitu kebersamaan yang saling mendukung," katanya.

Pembukaan JCC 2024.

Pihaknya berharap Jogja Cross Culture dapat menjadi salah satu ikon promosi dan peluang bagi pelaku usaha, juga masyarakat pemerhati seni budaya di Yogyakarta. Dalam rangka membawa ekonomi Kota Yogya naik tingkat, hingga dapat jauh lebih kuat lagi daripada sebelumnya.

Sejalan dengan itu Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti menjelaskan, konsep JCC 2024 berbeda dengan tahun sebelumnya. Disajikan 15 panggung, dengan 1 panggung utama dan 14 lainnya yang dikelola tiap kemantren di sepanjang Jalan Malioboro sejauh 1,2 kilometer. 

"Ini merupakan laboratorium seni juga ruang ekspresi bersama, yang menghadirkan kolaborasi antara para seniman lokal dari 14 kemantren di Kota Yogya, sekaligus menjadi panggung terpanjang untuk menampilkan potensi yang dimiliki setiap wilayah," jelasnya.

Pj Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto saat berinteraksi dengan seniman kemantren. 

Salah satu penampil dari Kemantren Wirobrajan, Tini mengatakan, JCC 2024 menjadi satu hal yang berbeda karena tiap kemantren ditantang untuk lebih kreatif lagi dalam menyajikan seni dan potensi wilayah di panggungnya sendiri. 

"Kalau persiapan hanya kurang dari seminggu, karena pemuda yang aktif di Karang Taruna bisa mengkoordinir. Untuk kali ini lebih menarik tantangannya, karena kami menjadi pengelola sekaligus penampil. Kami menyajikan bergodo, kesenian angklung, jatilan serta musik dan tari," ujarnya.

Sementara itu salah satu penonton yang merupakan wisatawan dari luar Yogyakarta, Dian mengungkapkan, sepanjang Jalan Malioboro terasa lebih menarik dengan adanya pertunjukan seni di banyak titik.

"Ya memang jadi semakin padat jalannya, tapi ini menjadi hiburan menarik dan gratis untuk wisatawan atau warga sekitar. Harapannya bisa terus berlanjut, dengan konsep yang semakin menarik," ungkapnya. (Jul)

Panggung seni dari tiap kemantren.