Pemkot Yogya Bakal Bangun Hidran Kampung di Keparakan Lor   

UMBULHARJO- Pemerintah Kota Yogyakarta kembali menambah keberadaan sistem  jaringan hidran kering berbasis kampung. Pada tahun 2024, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta akan membangun instalasi jaringan hidran kering di Kampung Keparakan Lor. Keberadaan sistem jaringan hidran kampung itu untuk memudahkan penanganan kebakaran di wilayah dengan akses jalan yang sempit dan permukiman padat.

Kepala Bidang Pencegahan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta, Moch Nur Faiq mengatakan beberapa kampung di Kota Yogyakarta kondisi wilayahnya tidak memungkinkan diakses kendaraan pemadam kebakaran sampai ke dalam kampung. Oleh sebab itu Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta membangun dan merencanakan sistem jaringan hidran kering di sejumlah kampung.

“Sala satunya Keparakan Lor yang kondisinya padat (permukiman) dan bagian dari wilayah penyangga sumbu filosofi. Untuk tahun 2024 kita fokus satu lokasi di Kampung Keparakan Lor,” kata Faiq ditemui di Kantor Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta, Selasa (9/7/2024).

Dia menyebut pembangunan sistem jaringan hidran kampung di Keparakan Lor menggunakan dana APBD Kota Yogyakarta tahun 2024 dengan pagu mencapai sekitar Rp 1,76 miliar. Saat ini pembangunan hidran kampung di Keparakan Lor masih dalam tahap lelang pengadaan secara elektronik. Pembangunan hidran kampung itu direncanakan dimulai awal Agustus nanti dengan masa pengerjaan selama 120 hari kalender.

Sistem jaringan hidran kampung yang akan dibangun di Kampung Keparakan Lor terdiri dari dari 3 siamese connection unit dan 23 hidran box. Siamese connection berfungsi sebagai penghubung air dari mobil pemadam kebakaran ke saluran hidran kering. Sedangkan hidran box antara lain berisi selang pemadam kebakaran dan nozzle. Dia menyatakan untuk panjang jaringan pipa hidran kampung di Keparakan Lor sekitar 1.500 meter persegi.

Hidran box atau kotak hidran pada salah satu sistem jaringan hidran kampung di Kota Yogyakarta berisi selang dan nozzle.

“Hidran Kampung Keparakan Lor itu menjangkau mulai dari Jalan Ireda sampai ke Sungai Code. Harapan kami yang di gang-gang kecil di Kampung Keparakan Lor bisa tercover hidran kering,” tambahnya.

Faiq menjelaskan dalam operasional sistem jaringan hidran kampung  tidak ada suplai air secara mandiri seperti dari pompa. Saat terjadi kebakaran, armada pemadam kebakaran akan menyuplai air melalui siamese connection yang lokasinya berada di jalan utama di depan gang masuk kampung. Faiq menilai tingkat kebakaran di permukiman di Kota Yogyakarta saat ini tidak tinggi. Namun padat permukiman sehingga jika terjadi kebakaran di kampung dan responnya lama rentan cepat menyebar.

“Kalau tanpa hidran kampung dan hanya mengandalkan kendaraan pemadam posisinya(kebakaran) agak jauh dari jalan besar, kita harus menarik selang yang terlalu panjang. Jadi respon time akan lebih panjang (lama). Dengan adanya hidran kampung  akan lebih cepat,” terang Faiq.

Dia menjelaskan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta sudah membuat 27 Detail Engineering Design (DED) hidran kampung. Sampai kini sistem jaringan hidran kering itu sudah dibangun di 15 kampung. Beberapa kampung yang sudah dibangun sistem hidran kampung antara lain Karanganyar, Notoprajan, Pathuk, Kauman, Prawirodirjan, Jlagran dan Ledok Tukangan. Pihaknya berharap masyarakat dapat membantu menjaga dan mengamankan sarana prasarana sistem hidran kampung.

Secara terpisah Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta, Taokhid menyampaikan fungsi hidran kampung adalah untuk membantu mitigasi risiko kebakaran di kawasan permukiman padat. Menurutnya meskipun kejadian kebakaran saat ini relatif menurun tetapi keberadaan hidran kampung efektif untuk menanggulangi dan mitigasi risiko kebakaran meluas.

“Masyarakat dalam hal ini pengurus RT/RW dan Relawan Kebakaran setempat juga dilibatkan dalam pemeliharaan dan menjaga jaringan hidran kampung,” ucap Taokhid saat dikonfirmasi kemarin. (Tri)