Warga Cokrodiningratan Mandiri Kelola Sampah Capai 15 Ton per Bulan

Jetis-Berawal dari keresahan terhadap permasalahan sampah di Kota Yogya, salah satu warga RW 04 Kelurahan Cokrodiningratan, Kemantren Jetis ini berinisiatif mengolah sampahnya secara mandiri.

Dia adalah Debu Agung, pengelola Ndalem Maggot Sawo. Dengan memanfaatkan halaman rumah milik sang kakek yang terbengkalai ia bersama keluarganya berinisiatif untuk mengolah sampahnya dengan menggunakan maggot.

"Awalnya saya belajar dari internet dan media sosial. Lalu kami beranikan diri untuk mencoba mengolah sampah dengan cara budidaya maggot," katanya dilokasi, Kamis (11/7/2024).

Seiring berjalannya waktu, budidaya maggot yang dikelolanya ini mampu mengolah hingga 15 ton sampah organik per bulan. Selain menerima sampah organik dari warga sekitar, ia juga mendapat kiriman sampah organik dari pasar-pasar di Kota Yogya.

Penjabat Wali Kota Yogya, Sugeng Purwanto saat meninjau pengolahan sampah di Ndalem Maggot Sawo.

"Awal mulanya 100 kg sampah per hari. Kemudian dari DLH Kota Yogya dibantu 50 kg, besoknya dibantu lagi 250 kg. Seiring berjalannya waktu alhamdulillah sehari bisa 500 kg. Berarti sebulan kita bisa mengolah sampah sebanyak 15 ton,” ucapnya.

Dijelaskannya, dalam proses budidaya maggot, pihaknya lebih dulu menampung sampah organik warga. Kemudian sampah tersebut harus dicacah, serta dihaluskan, agar mudah diserap oleh maggot yang sudah ditempatkan di ruangan khusus.

"Dicacah ini untuk mempercepat maggot memakan sampah organik. Sampah organik yang telah terkumpul lalu diolah menjadi kompos kasgot dengan bantuan maggot dari Black Soldier Fly (BSF) yang kami ternakkan," jelasnya.

Agung mengungkapkan hasil dari pengelolaan sampah dengan metode maggot tersebut dapat memberikan banyak nilai tambah. "Selain maggot mampu memakan dan mengurai sampah organik. Maggot pun bisa untuk pakan unggas atau ikan," tandasnya.

Agung juga telah melakukan eksperimen dengan mengurangi pelet saat memberi makan ayam dan diganti menggunakan maggot dengan perbandingan 70 persen maggot dan 30 persen pelet. Hasilnya, ayam yang diberi makan dengan komposisi maggot lebih banyak, ayam tersebut lebih cepat gemuk.

"Bahkan lele yang kami beri makan maggot dagingnya lebih keset dan lebih gurih. Jadi sementara maggot ini belum kita jual, masih kita pakai sendiri," bebernya.

Pengelola Ndalem Maggot Sawo, Debu Agung saat memberikan makam ayamnya dengan menggunakan maggot.

Penjabat Wali Kota Yogya, Sugeng Purwanto sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh Agung dan keluarga. Menurutnya keberadaan Ndalem Maggot Sawo merupakan salah satu alternatif untuk pengolahan sampah organik.

Selain itu, lanjutnya, keberadaan Ndalem Maggot Sawo dapat menjadi motivasi agar masyarakat Kota Yogya dapat mengolah sampahnya secara mandiri dan dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat.

“Ini sangat luar biasa karena bisa menjadi alternatif dan menjadi percontohan untuk warga lainnya untuk mengolah sampah organik dengan cara maggot," ujarnya.

Pihaknya pun menegaskan bahwa Pemkot Yogya Kota terus berupaya untuk menumbuhkan peran masyarakat dalam mengelola sampah organik secara mandiri berbasis masyarakat atau komunitas. (Han)