Aplikasi PPGB Pantau Gizi Balita Percepat Penanganan Stunting di Kota Yogya
MANTRIJERON - Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto bersama Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani serta stakeholder terkait, secara resmi melaunching aplikasi Pemantauan Permasalahan Gizi Balita (PPGB) Senin (15/7), di Burza Hotel Yogyakarta.
Dimana aplikasi PPGB ini bagian dari program Pemantauan Terpadu Permasalahan Gizi Balita (PANDU SAGITA) dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta kepada Tim Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kota Yogyakarta, tingkat Kemantren, tingkat Kelurahan serta masyarakat. Aplikasi tersebut bisa dilihat melalui Jogja Smart Service (JSS).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahma Aryani mengatakan, aplikasi PPGB merupakan program yang digunakan untuk menampilkan data anak-anak usia dibawah 2 tahun (baduta) dan balita yang bermasalah gizi.
Selain itu, PPGB ini dapat digunakan untuk melihat masalah gizi per tahunnya dengan statistik masalah gizi per Kemantren dan Kelurahan. Tak hanya itu, aplikasi PPGB ini juga dapat melihat statistik sasaran yang diukur, ditimbang dan diukur, serta ditimbang.
Dengan adanya pemantauan terpadu ini, diharapkan permasalahan gizi pada balita dapat diidentifikasi secara dini dan ditangani dengan cepat dan tepat.
“Diharapkan aplikasi PPGB ini dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam upaya pemantauan dan penanganan masalah gizi balita khususnya di Kota Yogyakarta,”jelas Emma saat sambutan.
Emma menambahkan, menurut prevalensi stunting hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 secara nasional masih di angka 21,5 persen. Sehingga angka tersebut masih belum memenuhi target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2020-2024. Harapannya, target nasional pada tahun 2024, prevalensi stunting turun sebesar 14 persen.
Sementara itu, dari hasil Data Pemantauan Status Gizi melalui Capaian Intervensi Serentak, per 30 Juni 2024 di Kota Yogyakarta nilai prevalensinya ada di angka 10,6 persen. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan prevalensi tahun 2023 yaitu di angka 11,8 persen.
“Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, yang ditandai dengan tinggi badan yang berada di bawah standar untuk usia mereka. Kondisi ini memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan fisik dan kognitif anak, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa depan,”ungkapnya.
Ia berharap, dengan memenuhi gizi pada masa pertumbuhan awal dapat menanggulangi adanya stunting pada balita. Sehingga dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak hingga dewasa.
Saat ditemui usai melaunching aplikasi PPGB, Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto mengapresiasi dan mendukung penuh aplikasi PPGB yang merupakan bagian dari program PANDU SAGITA khususnya sebagai upaya penurunan stunting di Kota Yogyakarta.
Selain itu, harapannya pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah ini dapat mengkondisikan kesehatan mulai dari ibu mengandung hingga umur balita 5 tahun. “Pelayanan kesehatan balita baik dari kandungan hingga lahir harus dilakukan secara masif. Pemerintah bersama masyarakat bisa memaksimalkan aplikasi PPGB ini,”ujarnya.
Dengan aplikasi PPGB, penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan sebelumnya memakan waktu dan tenaga dan akurasi yg dipertanyakan. Maka kini dapat memberikan pelayanan di masyarakat secara cepat, tepat, dan akurat.
Sugeng menambahkan, saat ini angka stunting memang belum sesuai dengan yang diharapkan Nasional. Namun angka stunting di Kota Yogyakarta ini sangat kecil dibandingkan kota lainnya yang berada di angka 2,6 persen.
“Harapannya, dengan upaya yang dilakukan ini kesehatan balita terkondisi dengan baik. Sehingga dengan tiga bulan pemantauan stunting yang dilaksanakan ini, akan dapat kita kejar dan diimplementasikan kegiatannya. Dengan harapan, dapat menjadikan generasi yang sehat, pandai dan agamis,”imbuhnya. (Hes)