DHAHAR KEMBUL SEGO GURIH MERIAHKAN SEKATEN

Untuk lebih memeriahkan perayaan Sekaten Tahun Alif 1947, acara Dhahar Kembul Sego Gurih digelar Pemkot Yogyakarta bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI) Yogyakarta, Selasa (7/1). Acara terdiri dari pemootong Tumpeng Raksasa dan makan bersama ini, diselenggarakan di depan Panggung Kesenian di arena Pasar Malam Perayaan Sekaten yang dihadiri Walikota Yogyakarta, H. Haryadi Suyuti bersama jajaran Muspida dan warga masyarakat.

Dalam Ceremonial tumpeng lengkap diserahkan oleh perwakilan APJI, Ibu Ida Fitri kepada Walikota, kemudian diserahkan kepada 14 Kecamatan se-Kota Yogyakarta yang diwakili Camat Gondomanan. Kemudian tumpeng besar ini di'pincuk' lengkap dengan lauk-pauknya disantap bersama warga. Setelah acara Dahar Kembul ini, Haryadi Suyuti mengungkapkan bahwa acara ini memang bukan termasuk dalam rangkaian Sekaten, tetapi merupakan wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas barokah dan rahmat-Nya yang telah diberikan selama ini. Selain itu agar masyarakat kembali mengenal makanan tradisional Yogyakarta terutama hidangan khas saat perayaan Sekaten.

Sajian Sego Gurih berbentuk tumpeng besar dipilih karena banyak filosofi yang bisa terkandung dalam makanan tradisional khas Jogja ini, yakni sebagai bentuk penghormatan terhadap pelaksanaan Sekaten Tahun Alif 1947 dan Ulang Tahun ke-258 Kota Yogyakarta. Maka tumpeng dibuat dalam empat tingkatan, tingkat pertama ada 19 tumpeng kecil, tingkat kedua  14 tumpeng, tingkat ketiga 32 tumpeng dan tingkat keempat ada satu tumpeng besar yang menggambarkan tahun Alif 1947.

Nasi gurih yang diracik sebanyak 258 kilogram sesuai HUT Kota Jogja. Bentuk tumpeng juga melambangkan hubungan yang lurus antara manusia dengan Tuhan, serta lauk ingkungnya utuh tidak dipotong-potong, dimakan disuwir-suwir bersama, menggambakan karunia Tuhan yang telah diberikan manusia secara utuh yang wajib disyukuri bersama. Disajikan pula seribu endog abang, yang merupakan makanan khas Sekaten, juga menjadi simbol agar tercapainya beribu-ribu harapan ke depan. (byu)