GAREBEG SEKATEN, SEDEKAH SANG RAJA, BERKAH BAGI WARGA
Puncak Perayaan Sekaten tahun Alip 1947 atau tahun 2014 masehi ditandai dengan keluarnya 7 buah gunungan Sekaten yang dipersembahkan Raja Keraton Yogyakarta kepada warga masyarakat untuk diperebutkan. Ketujuh gunungan yang dibagikan ini terdiri atas Gunungan Lanang ( laki ) sebanyak 3 buah, gunungan Wadon ( perempuan ) sejumlah 1 buah, Gunungan Gepak (1), gunungan Dharat (1), dan Gunungan Pawuhan 1 buah. Ketiga gunungan Lanang dibawa ketiga tempat yakni satu buah ke Kadipaten Puropakualaman, satu buah dibawa ke Kepatihan atau Kantor Gubernur DIY, dan satu buah lagi dibawa bersama keempat gunungan lain ke halaman masjid besar Kauman Yogyakarta. Setelah didoakan oleh Kyai Abdi Dalem Penghulu Keraton Yogyakarta ketujuh gunungan ini diperebutkan oleh warga masyarakat pada Selasa, (14/01/2014) siang.
Prosesi keluarnya gunungan dari Keraton Yogyakarta diawali dengan persiapan para prajurit Keraton sejumlah 10 pasukan ( bergada ) pada pukul 06.00 wib di sisi barat Pagelaran Kraton Yogyakarta atau Bangsal Pracimosono. Mereka menanti kehadiran pembawa bendera ( Juojo Doro) dan pendampingnya _dari kesepuluh pasukan ini_ yang sedang melaksanakan tugas meminta (nyandhong) bendera ke Keraton Yogyakarta. Setelah mendapatkan bendera para pembawa bendera kembali Pracimosono. Setibanya di Pracimosono, para prajurit yang telah mananti memberikan penghormatan kepada bendera bendera tersebut. Hadir pula pada saat itu Manggala Yudha yakni pimpinan tertinggi prajurit Keraton Yogyakarta GBPH. H. Yudhaningrat didampingi para abdi dalem pembawa ampilan.
Setelah semuanya telah siap, Manggala Yudha yang didampingi oleh abdi dalem dan Pandego diikuti 10 pasukan prajurit Keraton berjalan menuju ke Magangan melewati jalan Rotowijayan ke arah barat. Setibanya di Ngejaman Keraton, prajurit Surokarso yang merupakan prajurit dari Putra Mahkota dan prajurit Bugis ( prajurit Kepatihan ) tidak mengikuti kirab melalui Magangan tetapi berbelok ke arah timur memasuki bangsal Ponconiti dengan prajurit Surokarso menghadap ke timur dan prajurit Bugis menghadap ke arah barat. Kedelapan prajurit yang melakukan kirab melewati Magangan adalah prajurit Wirobrojo, Patangpuluh, Prawirotomo, Ketanggung, Daeng, Jogokaryo, Nyutro dan Mantrijero.
Sesampainya di Magangan pasukan beristirahat sejenak. Setelah dianggap cukup Manggal Yudah memerintahkan panji prentah Wirobrojo untuk segera memulai kirab. Perjalan dari Magangan sampai ke Siti Hinggil dilakukan dengan lampah macak (berjalan rapih). Selama perjalanan dari Magangan sampai Siti Hinggil semua penutup tombak (waos) dibuka (dicurat). Pada saat prajurit Wirobrojo berjalan dan diikuti para prajurit lain dibelakangnya, Manggala Yudha berhenti di Regol Sri Manganti menghadap ke arah selatan menunggu sampai urutan prajurit terakhir yakni prajurit Mantrijero datang. Di depan prajurit Mantrijero, Manggala Yudha berjalan kembali menuju Siti Hinggil. Setibanya di Siti Hinggil, Manggala Yudha beristirahat sejenak sementara itu semua tombak ditutup kembali.
Perjalanan dilanjutkan kembali dengan semua prajurit lampah macak dari Siti Hinggil ke Alun-Alun Utara. Sesampai di Alun Alun Utara para prajurit disiapkan oleh Pandego, kemudian Manggala Yudha segera turun dari tangga Siti Hinggil diiringi abdi dalem pembawa ampilan dan di depan Pagelaran Yogyakarta para prajurit memberikan penghormatan kepadanya. Pandego melapor kepada Manggala Yudha bahwa upacara siap dimulai. Kemudian Pandego menyiapkan para prajuritnya. Setelah para prajurit bersiap Gununungan Sekaten segera dikeluarkan.
Keluarnya Tujuh Gunungan Sekaten
Prosesi keluarnya Kagungan Dalem Pareden (Gunungan Sekaten) diatur berdasarkan urut-urutan. Urut-urutan prosesi, yang berjalan paling depan adalah prajurit Bugis diikuti Abdi Dalem Sipat Bupati menyusul 7 buah Gunungan kemudian prajurit Surokarso. Pada saat gunungan melewati 8 bregodo (pasukan) prajurit, diberi aba-aba tembakan salvo (drel) sebanyak tiga kali. Selanjutnya Gunungan dibawah ke Masjid Besar Kauman melewati selatan Ringin Kurung. Khusus untuk Gunungan Lanang satu buah dibawa ke Puro Pakualaman melewati Ringin Kembar ke arah utara, Kantor Pos Besar ( nol kilometer) ke timur menuju Puro Pakualaman. Dan satu buah Gunungan Lanang di dibawa ke Kepatihan ( Kantor Gubernur DIY ).
Gunungan ini kemudian diserahkan Abdi Dalem Sipat Bupati sebagai utusan Sultan kepada Abdi Dalem Kyai Penghulu KRT. Kamaludiningrat untuk didoakan. Usai didoakan Gunungan ini diperebutkan oleh warga masyarakat. Belum sampai kalimat terakhir doa diucapkan oleh Kyai Penghulu warga masyarakat yang sudah tidak sabar lagi menunggu langsung meringsek masuk mendekati gunungan. Dalam hitungan detik ratusan manusia berebut berkah dari gunungan yang terbuat dari berbagai hasil bumi ini. Ibu Suminem dari Bantul, dengan usia yang sudah rentah dan kondisi fisik yang kecil dan lemah berada di tengah lautan manusia itu. Suminem sendiri mendapat beberapa untaian kacang panjang dan bilah bambu bekas dari gunungan. Dengan wajah yang sumringah Suminem terlihat menyelipkan hasil rebuitannya diselah-selah tasnya. “Matur nuwun Gusti..,” hanya kalimat itu yang terdengar dari bibir Suminem. Menurutnya kacang dan bilahan bambu ini merupakan berkah buatnya dan keluarga. (@mix)