Nadea Manfaatkan Teknologi Digital untuk Berkreasi sampai Edukasi
BANYAK masyarakat yang belum mengoptimalkan gawai teknologi digital. Misalnya handphone (HP) hanya sebatas alat telekomunikasi dan bermain game online. Padahal dengan mengoptimalkan teknologi digital bisa mengembangkan kreativitas seni digital dan menghasilkan berbagai karya yang bernilai jual. Seperti yang dilakukan Nadea Cipta Laksmita (27) pemudi Gedongkiwo Mantrijeron. Bahkan ia memberikan edukasi terkait seni digital secara gratis kepada para pemuda dan memberdayakan dalam proyek pekerjaan kreatif digital.
Berkat kegiatan yang digelutinya itu, Nadea Cipta Laksmita (27) mewakili Yogyakarta dan DIY maju seleksi Pemuda Pelopor Nasional tahun 2024. Inovasi teknologi yang diangkat adalah pengembangan platfrom yang berisi tentang kreativitas seni digital. Tahapan yang dilalui Nadea itu salah satunya menerima kunjungan lapangan Tim Fact Finding seleksi Pemuda Pelopor tingkat nasional dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada Jumat (9/8/2024).
Nadea bersyukur dan lega tahapan paparan kepada Tim Fact Finding seleksi Pemuda Pelopor Nasional bisa berjalan lancar. Ia pun akan mengoptimalkan masukan dari juri agar bisa memberikan manfaat lebih luas. “Ini nanti agar ketika sudah selesai kontestasi, saya benar-benar melanjutkan program-program ini untuk masyarakat lebih luas, kemanfaatannya lebih dan teman-teman pemuda lebih produktif lagi,” kata Nadea ditemui usai menerima Tim Fact Finding Pemuda Pelopor Nasional tahun 2024
Sejak masa kuliah jurusan teknologi informasi tahun 2016, Nadea mengajak teman-temannya membuat konten-konten kreatif digital. Lalu berkembang hingga kini memproduksi konten seni digital dengan branding NACL Entertainment dengan CV Laksmita Cipta Nuswantara. Ia menggeluti pembuatan animasi, audio, music production, video dan fotografi.
Seni digital itulah yang menjadi materi edukasi Nadea kepada para pemuda Karang Taruna di lingkungan sekitar secara gratis. Nadea juga aktif melakukan seminar edukasi seni digital secara online. Dia menyebut ada yang sebelumnya hanya sebatas main HP, setelah mengikuti workshop edukasi bisa membuat karya video estetik. NACL juga memiliki program pemagangan kreatif, residensi kreatif dan penyaluran jejaring. Misalnya melibatkan para pemuda dalam proyek produk digital dari klien.
Menurutnya untuk bisa membuat karya-karya seni digital itu prosesnya mahal. Ia pun ingin bermanfaat dengan membagikan ilmunya sehingga para pemuda bisa produktif berkarya menggunakan teknologi digital. “Jadi teman-teman pemuda biar tahu prosesnya dan benar-benar tahu seni digital. Karena ketika kita punya kemampuan itu benar-benar akan sangat dihargai di dunia digital,” paparnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta Budi Santosa Asrori mengucapkan terima kasih atas kehadiran Tim Fact Finding Pemuda Pelopor Kemenpora. Kehadiran Pemkot Yogyakarta melalui Disdikpora Kota Yogyakarta dan Disdikpora DIY menunjukan komitmen melaksanakan pemilihan pemuda pelopor.
“Pemuda pelopor ini sebenarnya adalah bagian pucuknya saja bagaimana kita menyiapkan generasi-generasi pemuda yang berkualitas. Mudah-mudahan ini menjadikan motivasi bagi yang lain untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam rangka meningkatkan inovasi, kreativitas menciptakan kemandirian dan memberikan manfaat bagi orang banyak,” terang Budi.
Salah satu Tim Fact Finding Pemuda Pelopor Nasional Kemenpora, Firtian Judiswandarta mengatakan seleksi Pemuda Pelopor Nasional tahun 2024 diikuti kurang lebih 120 pelopor dari 38 provinsi. Dari jumlah itu akan diambil 70 pemuda untuk penilaian lebih detail di Jakarta. Di DIY, tim itu sudah melakukan fact finding pada 4 Pemuda Pelopor di bidang lainnya. Pihaknya menilai melihat sekilas profil dan paparan Nadea cukup bagus dan masuk kriteria Pemuda Pelopor. Hanya saja perlu optimalisasi pemanfaatan media sosial seperti instagram dan Youtube agar informasi dan karya mudah diakses,
“Banyak kriteria Pemuda Pelopor. Visi misinya harus jelas, karya atau lainnya yang menjadi potensi pemuda bisa memberikan inspirasi kepada pemuda sekitar. Di sini kami dari Kemenpora mencari tahu, benar tidak, karya Nadea sendiri. Makanya kita sebut Fact Finding untuk menemukan bukti karyanya,” ucap Firtian. (Tri)