Cegah Lonjakan PTM, Pemkot Libatkan Fasilitas Kesehatan Wilayah

UMBULHARJO - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus berupaya mengajak warga untuk menerapkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan selalu Cek Kesehatan secara rutin, Enyahkan Asap Rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet yang seimbang, Istirahat Cukup & Kelola stress (CERDIK). Langkah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat terhindar dari  penyakit tidak menular (PTM) terutama penyakit Diabetes Melitus (DM).
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Bidang P2P PD SIK Dinas Kesehatan, Iva Kusdyarini mengatakan, jumlah penyandang Diabetes Melitus (DM) di seluruh dunia saat ini diperkirakan sebanyak 285 juta orang. Dimana jumlah ini akan terus bertambah hingga mencapai 438 juta orang pada tahun 2030. 
Selain itu, dari hasil Suvei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan masih tingginya prevalensi  diabetes 11,7 persen di Indonesia berdasarkan hasil pemeriksaan kadar gula darah dengan urutan tiga provinsi prevalensi diabetes tertinggi berdasarkan diagnosis dokter pada tahun 2023 adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, dan Provinsi Kalimantan Timur.
Iva menambahkan, hingga saat ini penderita Diabetes Mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di Kota Yogyakarta hingga bulan Juli 2024 sebanyak 13.985. Dimana jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 14.595.
“Sampai saat ini, Pemerintah Kota Yogyakarta terus berupaya mendeteksi dini terhadap faktor risiko PTM dengan melibatkan fasilitas kesehatan di wilayah melalui Integrasi Layanan Primer (ILP),”jelas Iva Kusdyarini saat diwawancarai, Kamis (15/8).
Menurutnya jumlah kasus DM di Tahun 2024 mengalami peningkatan, lantaran masyarakat sering mengkonsumsi makanan berlebih dan minuman yang banyak mengandung gula.
“Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular. Sehingga PHBS ini juga menjadi salah satu acuan agar badan selalu sehat dengan makan-makanan yang bergizi agar dapat terhindar dari DM,”ujarnya.
Sementara itu, Perawat Terampil Puskesmas Mantrijeron, Anggih Shulchan Yoga Kusuma juga menerapkan ILP pada kasus PTM khususnya bagi pasien DM di Puskesmas Mantrijeron.
“Jika DM tinggi, kami pastikan untuk pasien cek gula darah sebanyak dua kali dalam sebulan. Pengecekan dilakukan dengan berpuasa sebelumnya dan setelahnya. Nantinya pasien akan diobati dengan tata laksana pengobatan standar puskesmas dan dianjurkan setiap bulannya untuk kontrol,”ungkapnya. 

Suasana Puskesmas Mantrijeron saat pasien sedang konsultasi bersama dokter.

Pasien yang terkena DM di wilayah Kemantren Mantrijeron juga akan dievaluasi setiap bulannya untuk melihat kadar gizi agar dapat menekan penyakit DM yang diderita.
Selain itu, tambahnya, mulai bulan Agustus 2024, penyakit DM juga akan di skrining adanya keterkaitan dengan penyakit Tuberkulosis (TBC).
“Pasien DM ini mulai bulan Agustus di skrining untuk melihat apakah ada indikasi penurunan kekebalan tubuh, atau mengalami batuk berlebihan, nafsu makan menurun, mengalami penurunan berat badan, sering keringat dingin dan mudah lelah. Jika ciri-ciri diatas dialami pasien, maka akan dilakukan skrining lanjutan TBC,”ujarnya.
Dalam penanganan kasus tersebut, Puskesmas Mantrijeron bekerjasama dengan RS Pratama dan Balai Laboratorium Kesehatan DIY untuk melakukan tes cepat molekuler pada penderita DM.
Anggi menyebutkan, sampai dengan bulan Juli tahun 2024, Puskesmas Mantrijeron memiliki pasien DM sebanyak 829 orang. Jumlah tersebut meningkat  dari tahun sebelumnya. Dimana tahun 2023 penderita DM sebanyak 1.029 orang.
Untuk itu, Puskesmas Mantrijeron menggandeng Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) dan Posyandu Lansia untuk menanggulangi DM sejak dini. “Sampai saat ini, ada tiga pasien yang memerlukan perawatan kaki akibat DM. Diharapkan masyarakat benar-benar menerapkan PHBS agar selalu sehat bersama keluarga,”katanya. (Hes)