Merti Golong Golig Wujud Pemersatu Masyarakat Kampung Dipowinatan

MERGANGSAN- Masyarakat Kampung Dipowinatan menggelar kegiatan budaya Merti Golong Gilig pada Minggu (18/8/2024) sore. Kegiatan itu menjadi simbol pemersatu masyarakat Kampung Dipowinatan sekaligus pesta rakyat sebagai wujud syukur. Pemerintah Kota Yogyakarta mengapresiasi Merti Golong Gilig itu karena bagian dari melestarikan budaya yang selama ini rutin diadakan masyarakat Kampung Dipowinatan.

Penjabat Wali Kota Yogyakarat Sugeng Purwanto mengatakan atas nama Pemkot Yogyakarta mengapresiasi kegiatan budaya Merti Golong Gilig Kampung Dipowinatan yang rutin diadakan selama 15 tahun ini. Oleh sebab itu Merti Golong Gilig harus digelar untuk melestarikan kekayaan budaya di Kota Yogyakarta.

“Ini sesuatu yang memang harus kita lakukan. Apa yang menjadi khasanah kekayaan budaya, di manapun harus kita angkat,” kata Sugeng ditemui usai Merti Golong Giling di Kampung Dipowinatan.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto berfoto bersama panitia dan masyarakat saat menghadiri Merti Golong Gilig di Kampung Dipowinatan.

Sugeng menegaskan melestarikan budaya itu wajib karena untuk memberikan pemahaman kepada generasi penerus. Mengingat yang berusia tua suatu saat akan diganti dengan anak muda. Di samping itu perlu menggali sejarah Kampung Dipowinatan untuk aset pariwisata yang juga melandaskan budaya. Apabila ketiga hal itu dapat dikemas akan menumbuhkan geliat ekonomi masyarakat. Misalnua dengan dikemas dengan satu program misalnya kunjung kampung,

“Contoh yang sekarang itu kalau dikemas dengan baik dan yang sudah berjalan di angkat marwahnya, sehingga ekonomi masyarakat menjadi terbangun. Tujuan dari semua itu untuk masyarakat, kesejahteraan dan peningkatan ekonomi. Lestari budayanya, maju pariwisatanya,” terangya.

Pihaknya menyampaikan kehadiran dirinya sebagai bentuk komitmen Pemkot Yogyakarta untuk mendukung kegiatan Merti Goling Gilig Dipowinatan. Sugeng menyatakan dalam pembangunan itu ada sistem pentahelix sehingga dukungan tidak hanya dari pemerintah. Bisa dari perguruan tinggi, korporasi swasta, perbankan dan lainnya lewat program tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan.

Prosesi mengikat sapu lidi dengan sebagi simbol persatuan masyarakat Kampung Dipowinatan dalam kegiatan Merti Golong Gilig.
​​​

“Peran pemerintah menjadi dinamisator. Kalau pemerintah tidak bisa, ada progrm CSR. Masyarakat sudah golong giling niat membangun kampung dan melestarikan budaya dan meningkatkan ekonominya, tapi yang pasti pemerintah akan hadir,” tambah Sugeng.

Merti Golong Gilig Kampung Dipowinatan diawali dengan kirab pasukan Bregodo, gunungan berbagai camilan. Setelah golong gilig dilakukan prosesi berikutnya adalah mengikat sapu lidi dan penancapan bendera. Lalu dilakukan doa bersama dan gunungan yang berisi lemper dan bakpao diperebutkan masyarakat. Adapun golong gilig adalah padunya kehendak dan niat dalam karya, cipta dan karsa untuk menuju satu tujuan yang sama.

Sementara itu Ketua Panitia Merti Golong Gilig Dipowinatan, Mahadeva Wahyu Sugianto menyampaikan Merti Golong Gilig sebenarnya bagian dari fragmen bergabungnya dua kampung yaitu Kintelan dan Numbal Anyer menjadi satu Kampung Dipowinatan. Nama Dipowinatan dipilih karena di tempat itu ada Ndalem Dipowinoto yaitu salah satu Pangeran dari Kraton Yogyakarta.

Gunungan berisi lemper dan bakpao dalam Merti Golong Gilig Dipowinatan.

“Setelah bergabung warga kehidupannya tentram, rukun, makmur, Sejahtera. Sebagai rasa syukur hal tersebut warga berbagi dengan pesta rakyat dengan berbagai makanan untuk wujud syukur masyarakat bareng-bareng. Harapannya supaya kami terus mendapatkan dukungan dari pemerintah sehingga guyub rukun warga kami terjaga dan kesejahteraan warga kami terkatrol menjadi lebih baik,” ucap Deva.(Tri)