Pemasaran Batik Jumputan di Yogya Merambah E-Commerce

 


 

Pakualam - Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Perindustrian, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Yogyakarta berkomitmen mewujudkan Yogyakarta sebagai kota yang mandiri, kreatif dan berdaya saing tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan dengan melakukan pembinaan serta pendampingan terhadap Industri Kecil Menengah (IKM).

 

Sentra batik dan jumputan “Batik Jumputan Ibu Sejahtera” yang berada di jalan Soga no 33 sudah ada sejak tahun 2011,  peserta pembinaan dan pendampingan Dinas PKU Kota Yogyakarta. Salah satu anggota Batik Jumputan Ibu Sejahtera, Ibu Marina menceritakan sentra batik jumputan berawal dari 21 ibu rumah tangga yang ingin mengisi waktu luangnya untuk hal-hal positif.

 

“Awalnya kita 21 orang, tapi sekarang tinggal 18 orang yang aktif membuat batik. Modal kita saat itu hanya 4 juta, alhamdulillah bisa bertahan sampai sekarang,” ujar Marina saat diwawancarai pada acara Business Matching 2024 di Hotel Jambuluwuk, Rabu (28/8).

 

Pihaknya mengungkapkan dengan ciri khas motif jumputan latar ringkel berhasil meraup omzet mencapai 200 juta lebih. Motif jumputan, teknik pemberian motif pada sebuah kain yang dilakukan dengan mengikat kain secara tradisional dan mencelupkannya pada larutan yang telah diberi zat warna. 

 

Sementara motif latar ringkel merupakan teknik pewarnaan kain yang memadukan teknik batik dengan teknik ringkel. Ringkel sendiri yaitu teknik mewarnai kain yang menggunakan teknik jahit cubit (smock) untuk membantu proses perintangan warna, sehingga menghasilkan desain motif baru di dunia tekstil kerajinan yang indah dan menarik.

 

“Motif yang khas dari kami itu jumputan latar ringkel, kami memilih itu karena kalau dilihat di pasaran masih sedikit yang memadukan dua teknik itu. Hasilnya juga lebih cantik, kain tidak terkesan kosong. Jumputan sendiri kan agak berjarak ya jadi terlihat lebih meriah tapi juga bagus,” tandasnya.

 

Penjualannya pun dilakukan secara beragam, mulai dari toko, media sosial, e-commerce sampai mulut ke mulut. Tidak hanya melayani pesanan kain batik jumputan, juga membuka pelatihan membatik.

 

“Pelatihan kami buka untuk umum, mulai dari anak-anak, pelajar, dewasa. Harga yang kami patok juga adorable tergantung seberapa lebar kain yang diinginkan. Misalnya, kemarin kami menerima tamu dari Kendari, mereka ingin belajar membuat batik jumputan. Mereka menginginkan sebesar taplak meja itu kami beri harga Rp 70.000 sementara kalau menginginkan kain yang berukuran 2 meter itu bisa mencapai Rp 300.000 lebih,” ujar Marina.

 

Sementara itu, Kepala Dinas PKU Kota Yogyakarta Tri Karyadi mengatakan pihaknya telah berkomitmen untuk mengedepankan potensi lokal, penyedia barang dan jasa. Salah satunya sentra industri batik yang ada di Kota Yogyakarta dapat dimaksimalkan pada pengadaan seragam atau cindera mata.

 

“Kami mendampingi pelaku UKM dan IKM di Kota Yogyakarta, pembinaannya tidak hanya memasarkan produk secara online tapi didampingi mulai dari membuat konten pemasaran hingga bisa memasarkan melalui aplikasi mobile shoppingnya. Sehingga kegiatan ini banyak dimanfaatkan dan dioptimalkan oleh pelaku,” kata Tri Karyadi. (Chi)