Pemkot Sosialisasikan Kesiapsiagaan Bencana bagi Kelompok Rentan
UMBULHARJO - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Yogyakarta rawan terhadap bencana gempa. Dimana baru-baru ini DIY diguncang gempa berkekuatan magnitudo 5,8 yang berlokasi di laut, arah barat daya Kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika bahwa gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat dari deformasi batuan bidang kontak antar lempeng megathrust.
Untuk itu, Pemerintah Kota Yogyakarta bersama DP3AP2KB, BPBD dan BMKG Stasiun Geofisika Sleman menyelenggarakan, Edukasi dan Sosialisasi Mitigasi Risiko Gempa Megathrust bagi Kelompok Rentan dan Kader Perempuan di Wilayah dengan tema ‘Gerak Cepat, Cepat Selamat’.
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, para peserta dari Kader PKK, disabilitas, relawan, dan lansia yang hadir pada kesempatan tersebut, dapat melakukan mitigasi bencana gempa megathrust, baik sebelum, saat, maupun setelah kejadian.
“Baru-baru ini terjadi gempa berkekuatan magnitudo 5,8. Hal ini menjadi perhatian bersama agar kelompok rentan dan kader perempuan di wilayah Kota Yogyakarta dapat menanggulangi dan paham cara antisipasi jika terjadi gempa di kemudian hari,”jelas Kepala Bidang Pemberdayaan Perlindungan Perempuan (P3) DP3AP2KB, Ria Rinawati saat memberikan sambutan, Rabu (11/9) di Grha Pandawa, Komplek Balaikota Yogyakarta.
Pihaknya mengatakan, Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Provinsi DIY yang rawan terhadap bencana. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2022, Kota Yogyakarta memiliki indeks risiko Sedang dengan skor 69.46 dari Hasil Kajian Risiko Bencana tahun 2022 - 2026.
Selain itu, Kota Yogyakarta memiliki tujuh potensi ancaman bencana, antara lain banjir, cuaca ekstrim, wabah penyakit, kegagalan teknologi, kekeringan meteorologi, terjadinya gempa bumi, serta letusan gunung api. Sehingga perlu mengenal lebih dalam dan cara penanggulannya.
Sementara itu, Staf Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Kota Yogyakarta, Romi Eko Haryono mengungkapkan, BPBD Kota Yogyakarta hingga kini terus melakukan sosialisasi ke masyarakat terkait mitigasi gempa. Seperti penanganan ketika gempa hingga cara menghadapi gempa melalui Kelurahan Tangguh Bencana yang ada di 169 kampung di Kota Yogyakarta.
“BPBD sampai saat ini terus melakukan sosialisasi terhadap hasil mitigasi gempa. Salah satunya dengan dibentuk Kelurahan Tangguh Bencana. Artinya dalam setiap kelurahan sudah ada yang kami latih terkait edukasi kebencanaan, khususnya gempa bumi,"ujarnya.
Ia menjelaskan, harapannya warga Kota Yogyakarta terutama kelompok rentan dan kader perempuan di wilayah ketika terjadi bencana, dapat mengambil sikap dan tindakan.
“Karena waktunya sangat singkat. warga yang berada di dalam ruangan maupun bangunan tinggi diminta tetap tenang. Jika terjadi bencana dapat berlindung di bawah meja atau pergi ke sudut bangunan dengan tetap menutup kepala,”ungkapnya.
Selaras dengan hal tersebut, Jabatan Fungsional PMG Madya, BMKG Stasiun Geofisika Sleman, Nana Nawangsari mengungkapkan, masyarakat bisa mengikuti perkembangan informasi yang disampaikan BMKG dan Command Center 112.
Selain mendapatkan informasi terkini. Masyarakat terhindar dari informasi hoax yang beredar di media sosial.
BMKG pun menekankan, informasi potensi gempa megathrust yang sedang ramai berkembang bukanlah prediksi atau peringatan dini. Sehingga ini sebagai mitigasi yang sedang diupayakan untuk bersama-sama waspada terjadinya potensi gempa megathrust.
“Semoga dengan adanya potensi yang dijelaskan akan menambah pengetahuan masyarakat. Sehingga semakin siap dalam menghadapi bencana di Kota Yogyakarta,”imbuhnya. (Hes)