ANGKA KURANG GIZI DI KOTA YOGYAKARTA CUKUP TINGGI

Indonesia memiliki target optimal pencapaian MDGs di tahun 2015. Salah satu bidang yang sangat diutamakan Indonesia ialah kesehatan terutama masalah gizi dan kesehatan ibu-anak. Perbaikan gizi masyarakat telah menjadi agenda  pembangunan nasional, karena dampak gizi terkait dengan kualitas sumberdaya manusia, ketahanan pangan, ekonomi, pendidikan, dan budaya. Arah pembangunan gizi mengacu pada Pasal 141 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 untuk menjamin orang mendapatkan informasi tentang gizi, setiap orang mendapat akses terhadap bahan makanan berkualitas dan setiap kasus kelainan gizi mendapatkan pelayanan sesuai standard, hal ini dikatakan Assisten Pemerintahan Kota Yogyakarta, Ahmad Fadli,  dalam acara advokasi Penanggulangan Masalah Gizi di Kota Yogyakarta, di Ruang Utama Bawah Selasa (18/03)

Ditambahkan Fadli, Masalah ini tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, tetapi juga menurunkan kualitas sumberdaya manusia dan juga bisa mengancam ketahanan nasional. Kasus gizi masyarakat terjadi di setiap siklus kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Salah satu penyebab masih tingginya prevalensi masalah gizi di Indonesia adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya perbaikan gizi.

Sementara itu DR. Totok Sudarso, S.Km. M.Kes Pakar Gizi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta didepan Camat serta pelaku penggerak gizi se Kota Yogyakarta mengatakan,berdasarkan laporan program gizi tahun 2013 masih dijumpai permasalahan gizi di Kota Yogyakarta antara lain adanya balita gizi kurang dan gizi buruk dengan prevalensi balita kurang gizi sebesar 7,33% (KEP), balita dengan status gizi buruk 0,59%, status gizi kurang 6,75%, balita stunting 16,43%, kegemukan 9,42%. Angka anemia pada ibu hamil 24,11% dan ibu hamil kurang energy kronis (KEK) 18,15% serta cakupan ASI Eksklusif 51,65%.

Ditambahkan Totok, masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.

“ Selain penanggulangan masalah gizi kurang, permasalahan gizi lebih atau obesitas seyogyanya juga patut mendapat perhatian sebab merupakan salah satu agenda dalam mewujudkan tingkat derajat kesehatan masyarakat Kota Yogyakarta, semua potensi yang ada di dalam masyarakat harus digerakkan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya masalah sadar gizi bagi kejayaan Bangsa Indonesia,” katanya.