Tingkatkan Germas Cegah ISPA di Musim Pancaroba
UMBULHARJO - Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menghimbau kepada masyarakat untuk waspadai potensi penyakit selama masa pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga diare khususnya pada bayi, balita, ibu hamil serta lansia.
Dimana musim pancaroba yang terjadi antara musim kemarau dan musim hujan membawa perubahan cuaca yang signifikan yang dapat memicu peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di masyarakat.
Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu menyatakan, penyakit ISPA dapat cepat menyerang bayi, balita hingga ibu hamil.
Sampai saat ini, jumlah kunjungan balita penderita batuk dan kesukaran bernapas berjumlah sebanyak 6374 kasus. Dimana kasus terbanyak ditemukan di wilayah Gedong Tengen. “Karena balita maupun ibu hamil ini adalah kelompok yang rentan terhadap penyebaran penyakit. Sehingga penderita ISPA di Kota Yogyakarta banyak yang menyerang mereka,”jelas Endang saat diwawancarai, Jumat (20/9)
Pihaknya, mengingatkan untuk para orang tua memberikan ASI eksklusif sampai enam bulan dan dilanjutkan sampai dengan dua tahun serta diberikan makanan pendamping ASI.
Endang menambahkan, adanya penyakit ISPA terjadi akibat perubahan suhu dan kelembaban yang drastis yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat individu lebih rentan terhadap infeksi.
Menurutnya kasus ISPA cenderung meningkat saat pancaroba, dengan gejala umum seperti batuk, pilek, dan sesak napas serta demam dalam jangka waktu yang lama.
“Virus dan bakteri penyebab ISPA mudah menyebar pada cuaca yang tidak menentu. Sehingga, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan, terutama di tengah fluktuasi cuaca,”ujarnya.
Untuk itu, Dinas Kesehatan menghimbau masyarakat untuk melakukan langkah pencegahan, seperti menggencarkan Gerakan masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan berolahraga, makan-makanan yang bergizi, tidak merokok, melakukan cek kesehatan secara berkala.
Selain itu, diharapkan masyarakat selalu mencuci tangan secara teratur, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari kerumunan saat muncul gejala ISPA, menggunakan masker di tempat umum untuk mengurangi risiko penularan.
“Masyarakat diimbau untuk segera menghubungi fasilitas kesehatan jika mengalami gejala yang mencurigakan agar penanganan dapat dilakukan lebih awal. Hindari minuman dingin, merokok dan asap rokok,”tambahnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Mantrijeron Eny Purdiyanti mengungkapkan, kasus kunjungan balita penderita batuk dan kesusahan bernapas atau ISPA mengalami peningkatan.
Dimana pada usia 0-10 tahun 2023 Puskesmas Mantrijeron mencatat ada sejumlah 1856 kunjungan. Sedangkan untuk bulan Januari hingga 20 September 2024 anak berusia 0-10 tahun yang melakukan kunjungan penderita batuk dan kesusahan bernafas mencapai 989 kasus.
Eny menyampaikan terus mempersiapkan kapasitas dan ketersediaan obat untuk menangani lonjakan kasus ISPA. “Kami sudah menyiapkan tim medis dan obat-obatan untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang tepat. Selain itu, pasien yang mengalami gejala infeksi seperti susah bernafas, batuk dan lainnya kami pisahkan dengan pasien lain untuk menghindari adanya penularan,”ujarnya.
Pihaknya berharap, masyarakat terutama balita dan ibu hamil dapat menjaga kebersihan dan meningkatkan daya tahan tubuh melalui pola makan sehat, dan berolahraga secara teratur. Sehingga, masyarakat dapat melindungi diri dari ISPA selama musim pancaroba ini.
“Kasus ISPA ini merupakan yang paling banyak ditemukan sejak tahun kemarin. Kami berharap, terutama pada kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi dan balita dapat terus mengkonsumsi makan-makanan bergizi, menjaga kebersihan dan berolahraga,”ungkapnya. (Hes)