Festival Langen Sekar Ajak Anak-Anak Lestarikan Seni dan Budaya

Kraton – Lebih dari 300 anak-anak dari 14 Kemantren di Kota Yogyakarta mengikuti Festival Langensekar 2024 yang digelar Pemkot Yogya melalui Dinas Kebudayaan di Pendopo Ndalem Mangkubumen selama tiga hari mulai 22 hingga 24 September.

Kepala Dinas Kebudayaan Koya Yogyakarta, Yetti Martanti mengatakan Festival Langensekar merupakan pementasan cerita yang menggunakan media tari dan tembang yang diiringi seperangkat gamelan. Dengan mengangkat tema Nilai-Nilai dan Karakter Cerita Panji.

“Festival Langensekar menjadi salah satu pilar ketahanan dan kedaulatan budaya masyarakat. Selain itu juga sebagai media pembentukan karakter anak yang berbudi pekerti luhur, dengan muatan kebhinekaan sesuai dengan usianya melalui pengenalan dan pelestarian cerita panji,” katanya pada Minggu (22/9) dalam Pembukaan Festival Langensekar 2024.

Pembukaan Festival Langen Sekar Kota Yogyakarta Tahun 2024.

Pihaknya menjelaskan selain sebagai ajang perlombaan antar kemantren, festival tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas program dan kegiatan pembinaan seni langensekar. Sehingga pengembangan dan pemanfaatannya dapat dirasakan untuk masa kini dan berkelanjutan untuk masa mendatang.

“Beberapa aspek yang dinilai meliputi tembang dasar suara dan titi laras, kreatifitas gerak, iringan, kostum dan properti, serta materi naskah, penyutradaraan, dan penokohan. Di mana nantinya akan ditentukan tiga penampil terbaik yang juga akan mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp 5 juta bagi juara pertama. Sedangkan juara kedua dan ketiga akan mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp 4,5 juta dan Rp 4 juta,” jelasnya.

Penampilan dari Kemantren Gedongtengen dalam Festival Langen Sekar 2024.

Sejalan dengan itu Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya menyampaikan, Festival Langensekar menjadi salah satu agenda pelestarian budaya yang tersrtuktur dan terukur. Di mana ada keterlibatan penggiat budaya di wilayah dengan anak-anak muda dalam prosesnya.

“Sebelum festival ini terselenggara juga terdapat workshop bagi setiap kontingen kemantren dengan para seniman dan mentor. Artinya ini menjadi agenda yang tujuannya bukan hanya pada perlombaan semata tapi juga secara berkelanjutan untuk regenerasi pelestarian seni dan budaya,”
 
Aman berharap melalui Festival Langensekar tersebut menjadi media dalam menciptakan pemahaman akan nilai-nilai budaya dan budi pekeri sejak dini kepada anak-anak. Sehingga dapat berdampak pada pelestarian serta pengembangan seni dan budaya di Kota Yogyakarta.

Penampilan dari Kemantren Jetis dalam Festival Langen Sekar 2024.

Sementara itu perwakilan dari kontingen Kemantren Gedongtengen, Yunan menceritakan, persiapan yang dilakukan berlangsung kurang lebih tiga bulan. Mulai dari pembibitan anak-anak di wilayah yang akan berperan sebagai peraga, pengrawit maupun tim produksi hingga proses latihannya.

“Cerita yang kami bawakan adalah Srenggolo Adu-Adu yang merujuk pada relief Candi Borobudur, dengan nilai yang disampaikan adalah bagimana menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah keberagaman. Melalui kegiatan ini kami juga terpantik untuk berproses bersama nguri-uri budaya, melestarikan karawitan, gamelan, tari dan macapat terutama bagi anak-anak,” ceritanya. (Jul)