ABON KLUWIH KAMPUNG MRICAN, SEMANGAT LINUWIH PURBUDI WAHYUNI

Gerakannya masih gesit dan lincah, ide-ide segarnya akan meluncur deras ketika membincangkan pemberdayaan masyarakat dan wilayah. Energinya seolah tidak pernah habis untuk “menggarap” lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di lingkungannya. Rumahnya yang telah menjadi gardu bagi berbagai macam kegiatan warga tidak sedikitpun mengusik kenyamanan rumah tangganya. Mencari sosok Purbudi Wahyuni di Kampung Mrican Kelurahan Giwangan Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta tidaklah sulit, hampir setiap warga tahu dimana dapat menemukan ibu separuh baya tersebut.

            Hari-hari Ibu Purbuni Wahyuni diisi dengan kegiatan pengajian, mengolah sampah rumah tangga, pemberdayaan perempuan, pengembangan UMKM, mengelola Kampung Wisata Pesona Giwangkara dan mengurus sungai-sungai melalui Forum Silaturahmi Daerah Aliran Sungai (FORSIDAS) Gajahwong. Beliau telah memilih jalan untuk mencurahkan tenaga dan pikirannya bagi pembangunan masyarakat dengan landasan niat ibadah dan membantu sesama.

            Letak Kampung Mrican yang berdekatan dengan Pasar Giwangan dan Rumah Potong Hewan telah membangkitkan ide Ibu Purbudi Wahyuni dan tetangga-tetangganya untuk memanfaatkan limbah sayuran dan limbah kotoran hewan yang diolah menjadi pupuk padat dan cair. Dalam perkembangannya kegiatan ini kemudian diwadahi menjadi KUB Giwangan Berkah sehingga manfaatnya meluas tidak hanya lingkungan menjadi bersih tetapi juga bernilai ekonomis.

            Tidak cukup berperan dalam hal pengolahan sampah, Ibu Purbudi Wahyuni juga berperan dalam pembentukan Kampung Wisata Pesona Giwangkara. Kampung Mrican sejak dulu telah terkenal sebagai gudangnya seniman sehingga aktivitas warganya di bidang seni dan budaya sangat maju. Dalam kampung wisata ini, ditawarkan potensi seni budaya, kuliner tradisional dan wisata sungai. Melalui keaktifan beliau bersama FORSIDAS, sungai di lingkungannya dapat dilestarikan fungsi dan terjaga kebersihannya sehingga mendatangkan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Selain itu, warga Kampung Mrican yang terbiasa hidup berdampingan dengan sungai telah memiliki kesadaran tanggap bencana yang baik sebagai hasil berbagai program pelatihan ketahanan bencana selalu diikuti dengan antusias oleh warga Kampung Mrican.

            Momen berharga yang sungguh mengharukan adalah ketika bencana gempa bumi melanda Kota Yogyakarta dan sekitarnya tahun 2006 yang turut pula mengoncang mental dan perekonomian masyarakat. Melihat aktifitas warga yang kurang bersemangat karena efek bencana, Ibu Purbudi Wahyuni segera bergerak cepat mengajak ibu-ibu yang sering pengajian di rumahnya bangkit mengatasi keadaan. Kebetulan di Kampung Mrican banyak tumbuh pohon kluwih yang ketika dijual mentah harganya sangat murah. Kemudian muncul kreasi untuk membuat abon kluwih guna meningkatkan nilai ekonomisnya sehingga harga jual meningkat.

            Bersyukur bahwa upaya ini didukung penuh oleh seluruh warga kampung yang kemudian bergandengan tangan mengembangkan usaha abon kluwih. Sampai saat ini pembuatan abon kluwih masih berlangsung dan tergabung dalam KUB Giwangan Makmur serta telah menjadi ikon kuliner bagi Kampung Mrican. Dan berikutnya, kreatifitas masyarakat terus berkembang dalam hal sentra produksi baju kebaya, rangkaian bunga dan berbagai jenis makanan tradisional.

            Ternyata bencana tidak hanya melulu menghadirkan kedukaan saja khususnya bagi orang yang mau berusaha dan berani mencoba. Ibu Purbudi Wahyuni bersama warga masyarakat Kampung Mrican telah berhasil memaknai bencana sebagai titik balik untuk membangun masyarakat dan kampung dengan kesadaran dan semangat baru. Keberanian, kreatifitas, dan kebersamaan menjadi kata kunci kesuksesan Kampung Mrican dan warganya mencapai kesejahteraan hidup. Meneguhkan Kota Yogyakarta sebagai kota yang nyaman huni. (dian)