Ratusan Peserta Ikuti Lomba Burung Berkicau Piala Wali Kota Yogyakarta ke-11
Mergangsan – Lebih dari 500 pecinta burung kicau antusias mengikuti Lomba Burung Berkicau Piala Wali Kota Yogyakarta ke-11, yang diselenggarakan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Pelestari Burung Indonesia (PBI) pada pada Minggu (20/10/2024) pagi di Halaman Ramayana Balet Purawisata.
Jenis burung kicau yang dilombakan mulai dari Murai Batu, Cucak Hijau, Kacer, Cendet, Kenari, Cucak Rowo hingga Anis Merah. Kedelapan jenis burung tersebut akan bersaing pada enam jenis kelas yaitu Kelas Wali Kota, Yogyakarta, Tugu, Malioboro, Tamansari dan Bintang PBI yang dimainkan dalam 27 sesi untuk memperebutkan Piala Wali Kota Yogyakarta ke-11.
Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto menyampaikan lomba tersebut juga menjadi bagian dari upaya pelestarian keanekaragaman burung agar tidak mengalami kepunahan.
“Lomba ini sebagai sarana para pecinta burung berkicau untuk berkompetisi sekaligus mempererat tali persaudaraan. Menambah semangat melestarikan burung burung lokal dan meningkatkan pendapatan masyarakat,” ujarnya.
Pihaknya menyampaikan lomba kicau burung juga menjadi media belajar bagi masyarakat, untuk menambah pengetahuan tentang teknik penangkaran maupun perawatan burung berkicau. Selain itu juga membuka peluang usaha dalam bidang peternakan burung berkicau, yang bermanfaat pada ekonomi berkelanjutan.
“Kami mengajak kepada para peserta lomba untuk terus memelihara komunitas yang solid, saling mendukung upaya konservasi berbagai jenis burung lokal, serta pengembangan potensi ekonominya,” terangnya.
Sejalan dengan itu Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sukidi mengatakan jumlah peserta yang mengikuti Lomba Burung Berkicau Piala Wali Kota Yogyakarta ke-11 sebanyak 512 peserta. Tidak hanya berasal dari wilayah Yogyakarta dan kabupaten lain di DIY, tapi juga kota dan kabupaten lain di Jawa Tengah.
“Lomba ini juga menjadi bagian dari komitmen bersama untuk mendukung kegiatan yang tidak hanya mengangkat nilai pelestarian, tapi juga berpotensi mendongkrak perekonomian masyarakat. Terutama peternak burung, pengrajin sangkar, pedagang pakan, serta kelompok ternak binaan Dinas Pertanian dan Pangan,” katanya.
Sementara itu salah satu peserta dari Komunitas Burung Berkicau Red Zone Solo, Fiko menceritakan dirinya sudah menjadi penghobi burung berkicau sejak tahun 2013. Menurutnya trennya tidak pernah menurun, bahkan komunitas terus bertambah.
“Kalau dilihat sudah lebih dari 10 tahun ya penghobinya terus bertambah, komunitasnya juga berkembang terus. Ditambah dengan kompetisi di berbagai daerah yang rutin diadakan, jadi sudah pasti ini menambah semangat kami ya, karena hobinya bisa tersalurkan dan menambah teman baru juga sesama pecinta burung berkicau,” ceritanya. (Jul)