Pemkot Targetkan Akhir Tahun Pembangunan Rumah Deret Terban Selesai

 

 

UMBULHARJO – Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) memperkenalkan program Mahannani. Program ini merupakan penataan dengan konsolidasi lahan untuk menuntaskan seluruh indikator kumuh kemudian menurunkan faktor risiko longsor dan memberikan permukiman yang layak sehingga dapat hidup dengan lingkungan yang berkualitas. 

Landscape desain 3D Rumah deret Terban

 

Kepala Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman DPUPKP Kota Yogyakarta, Sigit Setiawan, menyebutkan bahwa program Munggah Mundur Madhep Kali (M3K) yang telah berhasil pada tahun 2023 belum sepenuhnya menyelesaikan masalah di beberapa wilayah yang rawan longsor.

“Beberapa lokasi hunian di lereng tebing sungai yang curam dan rawan longsor tidak dapat diselesaikan dengan M3K. Kami memperkenalkan konsep Mahannani, penataan dengan konsolidasi lahan untuk menuntaskan indikator kawasan kumuh serta menurunkan risiko longsor. Dengan demikian, kawasan ini akan menjadi lebih layak huni,” kata Sigit saat ditemui di kantornya, Kamis (24/10).

Salah satu wilayah yang akan menjadi fokus penataan dan peremajaan adalah RT 2 RW 1 Kelurahan Terban. Sigit menjelaskan bahwa penataan di wilayah ini akan memundurkan rumah sejauh 4 hingga 10 meter dari tepi sungai, mencakup 19 rumah yang akan diatur ulang. 

“Penataan di Terban cukup jauh, ada yang empat meter hingga 10 meter. Selain itu, kami juga akan membangun jalan inspeksi, ruang terbuka dengan tiga tingkat. Bahkan, dapat digunakan warga setempat untuk mengembangkan foodcourt di kawasan tersebut,” ujarnya.

Pembangunan rumah di kawasan ini sudah mencapai 65%, sementara pembangunan talud dan ruang terbuka hijau publik (RTHP) sekitar 50%. Sigit menargetkan rumah deret ini akan selesai pada bulan Desember 2024. Dinas Lingkungan Hidup juga akan mendukung dengan penanaman tanaman di sepanjang talud sungai. “Jika talud sungai sudah selesai, ruang terbuka hijau akan segera menyusul,” ungkap Sigit.

Selain penataan rumah deret, Sigit juga menjelaskan bahwa semua permukiman akan dimundurkan dan ukuran rumah akan disesuaikan dengan jumlah penghuni serta surat kekancingan yang dimiliki oleh warga.

 

Dokumentasi Proses penataan dan pembangunan

 

Dalam proses penataan ini, Sigit menekankan bahwa rumah warga akan didesain dengan standar rumah tahan gempa, guna meningkatkan ketahanan terhadap bencana longsor. “Setelah rumah dimundurkan dari sungai, lahan yang tersisa akan dimanfaatkan untuk jalan inspeksi, pemeliharaan talud, serta fasilitas umum seperti taman atau foodcourt yang dapat meningkatkan ekonomi warga,” tambahnya.

Penataan ini juga mencakup konsolidasi lahan agar warga memiliki keamanan dalam bermukim dengan mendapatkan surat kekancingan dari Keraton Yogyakarta. Selain itu, berbagai infrastruktur pendukung akan dibangun, seperti ruang terbuka hijau, saluran limbah, jaringan hydrant, dan fasilitas ekonomi untuk mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Kondisi sebelum penataan dengan konsep Mahannani

 

Ketua Kampung Terban, Bagus Suryanto, menyambut baik program penataan ini. “Masyarakat senang sekali karena wilayah ini sangat rawan longsor, terutama saat musim hujan. Penataan ini akan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi warga,” ucapnya.

Bagus menambahkan bahwa koordinasi dengan para pemangku kepentingan telah dilakukan, termasuk persiapan relokasi bagi warga selama proses penataan berlangsung. Dengan adanya penataan ini, diharapkan kawasan kumuh di tepi sungai akan tertata lebih baik, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peluang ekonomi yang lebih berkelanjutan. (Chi)