Srikandi, Gaun Warna Warni Dari Saset Plastik Kreasi Bank Sampah

Perhelatan lomba fashion show daur ulang sampah anorganik bertema ‘Karnaval’ menarik perhatian masyarakat Kota Yogyakarta. 

Tak terkecuali peserta dari Kelurahan Tahunan yang mengusung tema ‘Srikandi’ karya dari Bank Sampah Kemuning Bersinar. 

Busana yang ditampilkan merupakan hasil desain dari Retno Woelandari warga Tahunan.

Ajang ini sebagai upaya pemerintah dalam memberikan edukasi mengenai daur ulang sampah anorganik.

Retno yang sering disapa, mengubah limbah yang awalnya tak bernilai menjadi produk kreatif yang bermanfaat dan estetis. 

Daur ulang ini biasanya melibatkan pengumpulan, pembersihan, dan pengolahan sampah untuk kemudian dijadikan material dasar bagi karya seni.

 

Kegiatan ini bertujuan untuk menginspirasi dan menggugah kreativitas masyarakat dalam mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai seni dan memiliki nilai ekonomi.

Dimana, koran yang sudah tidak terpakai dapat dilebur atau diolah menjadi bahan untuk membuat  manik-manik yang unik.

Walaupun menggunakan daur ulang sampah anorganik yang ada di wilayahnya, Retno sedikit memodifikasi dan memberikan sentuhan kreativitas.

Sehingga, mampu mengubah botol plastik bekas dan saset minuman menjadi busana yang unik dan memiliki warna-warna cerah yang menarik dan sedap dipandang.

Kegiatan lomba fashion show ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta di Grha Pandawa Komplek Balaikota Yogyakarta, Rabu (6/11). 

Lomba ini berhasil menarik perhatian 36 peserta dari perwakilan Kelurahan se-Kota Yogyakarta untuk menunjukkan kreativitas mereka dalam mengolah sampah menjadi produk yang memiliki nilai guna.

Dengan tema ‘Karnaval’ ini para peserta diberi tantangan untuk mengubah sampah plastik seperti koran bekas, saset minuman, kardus, botol bekas, menjadi karya yang fungsional dan bernilai estetik tinggi. 

“Kami ingin menunjukkan bahwa sampah sebenarnya bisa memiliki nilai estetika yang tinggi jika kita mau berusaha dan berinovasi,”jelas Retno Woelandari saat di wawancarai.

Ia menambahkan, dibutuhkan waktu satu bulan lamanya dalam pembuatan proses busana bertema ‘Srikandi’ tersebut.

 

Ketua Tim Kerja Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Yogyakarta, Nada Mutiara Putri saat diwawancarai.

Pihaknya menambahkan, tidak banyak kendala dan kesulitan saat membuat busana itu, namun butuh ketelitian extra melihat kerumitan busana yang dibuatnya.

“Walaupun butuh waktu selama satu bulan dalam mempersiapkan busana ini. Tapi kami semangat dan mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi sampah di Kota Yogyakarta,”ujarnya.

Sementara itu, saat ditemui di sela-sela acara, Ketua Tim Kerja Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Yogyakarta, Nada Mutiara Putri mengungkapkan, kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk memberikan pemahaman bahwa setiap tindakan kecil mereka bisa berkontribusi pada lingkungan, termasuk dengan mendaur ulang sampah yang sering dianggap sebagai barang tidak berharga.

“Ini merupakan lomba yang kami adakan setiap tahunnya untuk mendorong kreativitas warga dalam mengelola dan mendaur ulang sampah jadi kreatif dan menarik serta bernilai ekonomi tinggi,”jelas Nadia.

 

Peserta saat memperlihatkan hasil kreativitas bank sampah menggunakan sampah organik seperti koran bekas, saset minuman, maupun botol bekas yang disulap menjadi busana yang estetik.

Pihaknya mengatakan, tidak hanya Bank Sampah Kemuning Bersinar saja yang mampu menampilkan karya yang luar biasa. Beberapa peserta lain juga menampilkan karya yang inovatif dan kreatif.

Ada yang membuat busana dari daur ulang sampah menyerupai burung, ada juga kreasi yang tak kalah menarik yakni busana dengan mengambil tokoh ‘peri’. Tentunya peserta membuat busana tersebut dari sisa-sisa saset minuman dan aksesoris fesyen dari kertas bekas ataupun botol bekas yang dicetak ulang. 

“Kreativitas ini menjadi bukti bahwa sampah bisa menjadi bahan dasar yang bisa menghasilkan barang-barang berguna jika diproses dengan cara yang benar,”ungkapnya.

Selain menggelar lomba bank sampah, Dinas Lingkungan Hidup bekerja sama dengan Forum Bank Sampah (FBS) mendorong warga untuk menyalurkan sampah melalui bank sampah, dan membina bank sampah di wilayah. “FBS juga menyediakan pelatihan daur ulang sampah anorganik bagi warga Kota Yogyakarta yang berminat,”katanya.

 

Salah satu peserta dari Kelurahan Tahunan perwakilan dari Bank Sampah Kemuning Bersinar.

Ia berharap, lomba ini tidak hanya berhenti sebagai ajang kompetisi, tetapi bisa menginspirasi peserta dan masyarakat luas untuk mulai memikirkan solusi dalam mengatasi permasalahan sampah. 

Nantinya para peserta pemenang lomba akan diberikan piagam penghargaan dan uang tunai. Untuk Juara I mendapatkan Rp 3 juta, Juara II mendapatkan Rp 2,5 juta, Juara III mendapatkan Rp 2 juta, Juara Harapan I mendapatkan Rp 1,5 juta, serta Juara Harapan II mendapatkan Rp 1 juta. (Hes)