Festival Angkringan Perkuat Ikon Budaya Gerakkan Ekonomi Lokal
UMBULHARJO - Festival Angkringan Yogyakarta (FAYK) akan kembali digelar meriah dengan mengusung tema ‘Hangatnya Jogja dalam Angkringan’. Kegiatan ini akan diselenggarakan di Pasar Ngasem Kota Yogyakarta mulai tanggal 6-8 Desember 2024.
Selama tiga hari, event ini dimeriahkan dengan 58 tenant diantaranya 24 tenan angkringan, 24 kuliner tradisional dan street food serta 10 tenan dari warga sekitar yang merupakan penjual di Pasar Ngasem.
Event ini diselenggarakan oleh Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta bekerjasama dengan berbagai mitra, diantaranya Bank BPD DIY dan GoJek.
Diharapkan, dengan event yang dilaksanakan akan dapat menarik ribuan pengunjung dari berbagai daerah dan memperkuat posisi angkringan sebagai ikon budaya sekaligus penggerak ekonomi lokal.
Selain itu, Panggung Plaza Pasar Ngasem juga akan dimeriahkan oleh pentas hiburan para seniman lokal dan live music dari seniman muda Kota Yogyakarta.
“Untuk penyelenggaraan secara umum sama. Hanya saja di tahun ini kita akan ada bintang tamu yakni hip hop jalanan sebagai closing event FAYK. Semoga ini menjadi tempat untuk menikmati angkringan dan meningkatkan perekonomian pedagang lokal,”jelas Kepala UPT Pusat Bisnis, Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Agung Dini Wahyudi saat memberikan paparan FAYK Vol.2 pada Jumpa Pers di Ruang Lantai 1 Diskominfosan Yogyakarta, Kamis (5/12).
Agung menjelaskan FAYK nantinya akan dimulai pukul 16.00 hingga 22.00 WIB. Menurutnya, waktu sore ke malam hari sangat tepat untuk meningkatkan perekonomian di sekitar Pasar Ngasem terutama di malam hari.
“Pada malam hari, menjadi pusat keramaian diwaktu yang baru dan kami mengincar di malam hari sebagai salah satu pengungkit ekonomi disana melalui event FAYK,”ujarnya.
Dengan demikian, para pedagang ini dapat memanfaatkan festival tersebut untuk memperkenalkan produk mereka.
Pihaknya menambahkan, selain sajian khas makanan yang ada di angkringan seperti nasi kucing, sate usus, dan wedang jahe, festival ini juga menghadirkan inovasi kuliner dengan berbagai macam lauk yang modern tanpa meninggalkan bumbu tradisional.
“Untuk makanan sepertinya sama saja, ada nasi kucing dan lauknya yang membedakan adalah jenis dari lauknya yang dibuat dengan berbagai macam jenis dengan sajian yang modern,”ungkapnya.
Guna memaksimalkan hidangan yang ada pada FAYK, Agung mengungkapkan, pemerintah juga menggandeng supplier guna mengantisipasi ketersediaan stok yang ada. “Sehingga, jika bahan yang dibutuhkan habis, maka segera ditambah stoknya. Jadi untuk bahan tercukupi,”imbuhnya.
Ia berharap, Festival Angkringan Yogyakarta Vol. 2 menjadi agenda tahunan yang tidak hanya memperkuat sektor pariwisata, tetapi juga memberikan dampak ekonomi nyata bagi masyarakat di Kota Yogyakarta.
“Festival Angkringan Yogyakarta ini harapannya, tidak hanya menjadi tempat makan murah dan mengenyangkan tetapi juga simbol kebangkitan ekonomi rakyat dan UMKM memiliki tempat khusus untuk meningkatkan perekonomiannya,”ungkapnya. (Hes)