Terkendala Stigma Sosial, Pemkot Dorong ODHIV Lakukan Pengobatan

Umbulharjo – Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) berkomitmen untuk terus berupaya melakukan pencegahan dan penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) serta Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Kepala Dinkes Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani menjelaskan, tercatat dari tahun 2004 hingga 2024 kasus HIV kumulatif telah mencapai 1.675 orang, sementara kasus AIDS kumulatif sejumlah 329 orang. Di mana pada bulan Januari sampai September 2024 terdapat 92 kasus HIV dan 24 kasus AIDS.

“Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya. Untuk mengendalikan jumlah virus HIV dan meningkatkan kualitas hidup, penderita HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa terapi antiretroviral (ARV). Pemkot menyediakan ARV yang bisa diakses secara gratis di 18 Puskesmas,” jelasnya belum lama ini. 

Sementara itu Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu menyatakan, berbagai upaya pencegahan agar kasus tidak semakin merebak terus dilakukan. Melalui berbagai program yang mengacu pada prinsip ABCDE.

“Abstinence tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, Be Faithful aaling setia pada satu pasangan, Condom digunakan setiap kali berhubungan seks, Drug No menghindari penggunaan narkoba dan Education mengakses informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya,” ujarnya saat ditemui pada Senin (9/12/2024).

Pihaknya mengatakan berdasarkan data dari 18 puskesmas dan 14 rumah sakit di Kota Yogya terdapat 2.022 ODHIV, di mana baru 54 persen yang mengakses ARV dari target 95 persen.

“Cakupannya baru setengah dari sasaran, tidak sedikit ODHIV yang kalau belum ada gejala, masih stadium 1 atau 2 belum mau minum obat. Masih menyangkal dan takut dengan stigma sosial. Inilah kenapa edukasi dan promosi kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan terus dilakukan, termasuk deteksi dini bagi kelompok berisiko,” tandasnya.

Endang menambahkan, secara medis HIV bisa diselesaikan dengan obat, tapi tantangan yang lebih besar berada di aspek sosiokultural masyarakat. Itulah kenapa diperlukan juga dukungan dari masyarakat di sekitar ODHIV ikut mendorong mereka mengakses terapi ARV, jauhi virusnya bukan penderitanya.

"Kalau memang melakukan aktivitas berisiko silakan lakukan VCT atau voluntary counseling and testing di pukesmas maupun rumah sakit. Ketika hasilnya reaktif, harus langsung konsumsi ARV. Semakin cepat HIV dideteksi, maka harapan hidup sehat dan produktif bagi ODHIV bisa semakin tinggi. Di semua puskesmas dan rumah sakit Kota Yogya juga dilakukan test wajib bagi ibu hamil, sebagai langkah penting mencegah penularan HIV pada janin,” imbuhnya. (Jul)