Teknologi Digital Angkat UMKM Kampung Cyber Go Internasional
KRATON - Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, melakukan kunjungan ke Kampung Cyber yang terletak di Kelurahan Patehan, Kemantren Kraton, pada Rabu (11/12). Kampung yang berada di kawasan wisata Taman Sari ini menjadi salah satu contoh unik bagaimana teknologi dimanfaatkan untuk mendukung pelestarian budaya sekaligus mengembangkan sektor ekonomi informal.
Kampung Cyber dihuni oleh masyarakat yang sebagian besar bekerja di sektor informal seperti UMKM kerajinan, batik, seni lukis, warung makan, hingga produksi makanan tradisional. Potensi usaha ini semakin membutuhkan dukungan teknologi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemasaran dan pengelolaan usaha.
Salah satu produk olahan basah atau memiliki waktu terbatas, jamu tradisional
Salah satu penggerak Kampung Cyber, Antonius Sasongko mengungkapkan bahwa konsep awal kampung ini sangat sederhana, yaitu menghadirkan akses internet yang mudah dan murah. Kini, masyarakat Kampung Cyber secara mandiri memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh mereka.
“Perjuangan cukup berat karena basic kampung ini adalah kebudayaan. Namun dengan pelatihan selama dua tahun, masyarakat mulai memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk UMKM,” ungkapnya.
Meski sudah banyak kemajuan, Antonius Sasongko atau akrab disapa Koko mengakui bahwa Kampung Cyber masih menghadapi tantangan. Salah satunya adalah belum adanya website untuk mengelola hasil UMKM warga. “Ini menjadi salah satu target ke depan agar pemasaran dapat lebih terstruktur dan menjangkau pasar yang lebih luas,” tambahnya.
Salah satu penggerak Kampung Cyber, Antonius Sasongko
Salah satu warga Sherli Aprilani (43), seorang pendatang yang telah lima tahun menetap di Kampung Cyber, mengungkapkan kecintaannya terhadap Kota Yogyakarta. Sebagai pelaku UMKM di bidang kuliner dan tas bermotif lukis, ia merasakan peluang besar untuk berkembang di Kota Yogyakarta, yang dikenal sebagai kota penuh kreativitas.
“Pelatihan di Yogyakarta sebenarnya sangat banyak jika kita mau, jadi kesempatan itu lebih besar. Insya Allah, kalau untuk membuat produk, kami sudah bisa. Tapi tantangan utamanya adalah memasarkan, terutama untuk produk basah yang memiliki waktu terbatas,” ungkap Sherli.
Sherli memamerkan tas motif buatannya
Ia juga menjelaskan bahwa sebagian besar pelatihan saat ini berfokus pada pembuatan produk makanan kering, yang memang lebih mudah dipasarkan dan dikirim ke luar daerah. Namun, ia berharap adanya pelatihan khusus untuk pemasaran makanan basah.
“Produk basah itu lebih sulit dipasarkan karena keterbatasan waktu. Bagaimana memasarkannya secara digital sehingga dapat menjangkau lebih luas,” katanya.
Selain itu, Sherli berkeinginan untuk melibatkan generasi muda dalam pengembangan UMKM di Kampung Cyber. Menurutnya, kolaborasi antara generasi tua dan muda dapat menjadi solusi untuk memperluas jangkauan pemasaran.
“Kami yang tua bisa fokus memproduksi, sementara generasi muda membantu memasarkan. Dengan cara ini, jangkauannya bisa lebih luas. Harapannya, pelatihan-pelatihan juga untuk generasi di bawah kami agar keterampilan ini bisa diturunkan,” ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, Meutya Hafid mengapresiasi inisiatif warga Kampung Cyber yang telah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan perekonomian. Menurutnya, pemerintah hanya bersifat supporting yang tidak lebih hebat dari apa yang telah dilakukan oleh masyarakat di Kampung Cyber.
“Ini adalah inisiatif luar biasa dari masyarakat Kampung Cyber. Kami berkomitmen mendukung literasi digital agar semakin berkembang, serta mendorong pelatihan UMKM go digital melalui pelatihan-pelatihan,” ujarnya.
Menteri Komdigi Meutya Hafid melihat hasil UMKM masyarakat Kampung Cyber
Pihaknya juga menyoroti bahwa Kampung Cyber telah membuktikan bahwa teknologi dapat digunakan untuk mendukung pelestarian budaya. Produk-produk UMKM di kampung ini tidak hanya dijual secara tradisional tetapi juga mulai dipasarkan secara digital, memberikan peluang lebih besar untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
“Kampung ini luar biasa karena berangkat dari budaya dan guyup rukun atau kebersamaan. Narasi budaya dapat memperkuat daya tarik produk UMKM dan mendukung pelestariannya di era digital,” tambahnya.
Tas motif lukis dan batik menjadi salah satu produk UMKM Kampung Cyber
Sebagai bentuk dukungan dan menjawab kegelisahan masyarakat Kampung Cyber, Meutya mengungkapkan Kementerian Komunikasi dan Digital berencana menyelenggarakan pelatihan intensif pada tahun depan. Program ini mencakup pelatihan pembuatan website, startup, serta pendampingan bisnis akselerator. Tak hanya itu, e-commerce besar akan dilibatkan untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat Kampung Cyber.
“Menghadapi kecerdasan artifisial (AI), bisa dimanfaatkan sebagai peluang. Meskipun tidak semua jawaban AI benar, teknologi ini bisa menjadi alat bantu untuk meningkatkan strategi pemasaran. Sehingga AI dapat membantu UMKM naik kelas, misalnya dengan memanfaatkan fitur konsultasi strategi bisnis,” jelasnya. (Chi)