Peserta APEKSI Diajak  'Nyanting Bersama' Pelajari Filosofi Batik Yogya

Kota Yogyakarta merupakan Kota Batik Dunia yang tak pernah kehilangan pesonanya. Tak heran banyak wisatawan yang datang ke kota ini, termasuk tamu-tamu undangan di pemerintahan. Mereka ingin melihat dan mempelajari batik secara langsung di kota ini.
Untuk diketahui pada tanggal 18 Oktober 2014, Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council) menetapkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia. 
Penetapan tersebut dilaksanakan dalam Perayaan 50 tahun Dewan Kerajinan Dunia di Kota Donyang, Provinsi Zhejiang, Tiongkok pada tanggal 18-23 Oktober 2014.
Sehingga Kota Yogyakarta menawarkan berbagai pengalaman seni yang mendalam ini menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia. 
Namun membatik di Kota Yogyakarta bukan sekadar tradisi tetapi juga menjadi aktivitas yang penuh makna dan menyenangkan.

Perwakilan dari Pemerintah Kota Pontianak, Anindita Rizkya saat diwawancarai.

Salah satunya yang dirasakan oleh peserta Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) 2024, merupakan perwakilan dari Pemerintah Kota Pontianak, Anindita Rizkya.
Menurutnya, banyak tempat di Kota Yogyakarta yang menyediakan pengalaman membatik langsung seperti yang dilakukan hari ini Rabu (11/12) di Taman Pintar Yogyakarta.
Ia memberikan kesan positif bagaimana Pemerintah Kota Yogyakarta menyambut para tamu APEKSI 2024 dengan hangat.
“Dari awal datang sudah disambut dengan baik dan disajikan menu-menu khas jawa yang sangat lezat. Saya juga memiliki kenangan manis di kota ini pada tahun 2003 karena pernah bekerja disini,”jelas Anindita Rizkya.
Anindita yang sering disapa tersebut menjelaskan, dalam kegiatan membatik para pengrajin dengan sabar mengajarkan teknik membatik dari awal hingga akhir. 
Ditambah dengan suasana syahdu para peserta juga mendengarkan cerita sejarah batik dari pengrajin dari Batik Elok, Iwon Iwan Setiawan.
Tambahnya, selain membatik peserta juga merasakan asyiknya berkreasi. “Kegiatan ini sungguh menarik terutama kami diajarkan step-step membatik. Ini merupakan pengalaman saya yang paling berkesan. Terutama ketika mencanting, kita harus fokus dan sabar. Tapi dari sana, kita belajar untuk lebih menghargai proses,”ujarnya.

Apeksi 2024 diikuti 98 perwakilan se Indonesia. 

Tak hanya membatik, dalam kegiatan APEKSI 2024 yang berlangsung sejak tanggal 9-11 Desember 2024, Anindita juga terkesan dengan pembangunan yang dilakukan Kota Yogyakarta seperti Bendung Lapen.
Dimana selokan bisa dijadikan pengembang biakan ikan. Selain itu, eco enzyme dari fermentasi sampah organik yakni buah dan sayur yang bisa dijadikan sabun cuci.
“Dari sini kita juga bisa belajar, bahwa eco enzim ini ternyata bisa dibuat dan kita bisa hidup tanpa limbah. Yang paling berkesan lainnya di Kota Yogyakarta adalah selokan bisa disulap menjadi tempat ikan. Orang-orang disini sangat ulet walaupun sumber dayanya terbatas,”ungkapnya.

Kepala Dinas Perindustrian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo saat memberikan sambutan.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo mengatakan, peserta APEKSI 2024 berjumlah 98 orang. Mereka diberikan kebebasan untuk memilih desain batik mereka sendiri. 
“Kami ingin menunjukkan bahwa membatik itu bisa fun. Membatik dengan nyanting bersama ini menjadi keharusan di pemerintah ketika ada tamu yang datang kesini,”ungkapnya.
Ia berharap, dengan dinobatkannya Kota Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia ini memiliki keberlanjutan dan nilai ekonomi tinggi.

Kegiatan membatik bersama dilaksanakan di Taman Pintar Yogyakarta, Rabu (11/12).

“Ini juga menjadi salah satu cara kami untuk mentransfer skill kepada generasi muda berikutnya yang datang ke Kota Yogyakarta,”imbuhnya.
Selaras dengan hal tersebut, pengrajin Batik Elok, Iwon Iwan Setiawan mengapresiasi kedatangan tamu APEKSI 2024 terutama dalam mempelajari batik.
Selain belajar, para pengunjung juga diajak untuk memahami filosofi batik. Motif-motif seperti parang, kawung, dan truntum tidak hanya sekadar hiasan namun menyimpan makna mendalam tentang kehidupan, cinta, dan harapan.
Ia berharap, batik terus dilestarikan dan jangan sampai punah. ‘’Batik ini harapan saya terus dilestarikan. Sehingga tidak hilang jati diri Indonesia,”ungkapnya.

Pengrajin Batik Elok, Iwon Iwan Setiawan saat melakukan proses pencelupan dan pengeringan batik yang dihasilkan oleh peserta APEKSI 2024.

Menurutnya, banyak orang melihat batik tulis memiliki harga yang mahal. Jika ditilik kembali, batik yang kualitasnya tinggi nilainya tetap terjangkau.
“Batik yang dicanting sedemikian rupa lamanya hingga berbulan-bulan ini bukan mahal. Tetapi memiliki nilai tinggi karena pembuatannya pun membutuhkan proses yang lama dan teliti dalam pengerjaannya. Saya harap, batik tidak lagi dinilai mahal,”katanya. (Hes)