Inovasi Bank Sampah Induk Jogja Kembangkan Tepung Maggot Pakan Ikan

 


 

Kotagede - Bank Sampah Induk (BSI) Jogja mencatat pencapaiannya selama tahun 2024. Hingga Oktober, lebih dari 75 ton sampah berhasil dikelola dan terjual sesuai jenisnya, meliputi kertas, plastik, logam, kaca, dan residu lainnya. Sebagai pusat pengelolaan sampah anorganik, BSI terus berinovasi dalam mengurangi limbah di Kota Yogyakarta.

 

Ketua BSI Jogja, Sri Martini menyebutkan keberadaan BSI untuk menyerap sampah anorganik dari bank sampah unit (BSU) berbasis RT/RW di wilayah. Setidaknya sudah ada 130 BSU dan  yang telah bergabung bahkan perkantoran dan sebagian perguruan tinggi.

 

Pihaknya menekankan bahwa kebiasaan memilah sampah anorganik seharusnya sudah menjadi budaya yang terbangun selama lebih dari tiga tahun terakhir. “Kalau memilah sampah anorganik, ini sudah bukan lagi tahap sosialisasi. Program ini seharusnya sudah menjadi kebiasaan masyarakat Kota Yogya,” ujar Sri saat ditemui di kantor operasional BSI, Selasa (7/1/25).

 

BSI juga mendukung program Organikkan Jogja yang digagas Pemerintah Kota Yogyakarta. Tahun ini, BSI memfokuskan monitoring dan evaluasi alat pengolahan sampah organik metode biopori yang telah didistribusikan di tahun sebelumnya. 

 

“Kalau digunakan dengan baik, seharusnya sudah panen. Hasilnya bisa diolah menjadi pupuk atau disetorkan ke BSI untuk dijadikan media tanam,” jelas Sri Martini.

 

Ketua BSI Jogja, Sri Martini

 

Selain itu, BSI turut mengembangkan teknologi pengolahan sampah organik menggunakan maggot. Saat ini, BSI telah memiliki dua demplot atau kandang maggot, yang mampu mengolah hingga 360 kg sampah organik setiap hari. 

 

“Awalnya kami menetaskan maggot dari telur. Sekarang, kami sudah bisa memproduksi maggot dalam jumlah besar. Kami punya dua demplot, paling sedikit 100 kg sampah organik dan paling banyak 360kg,” ujar Sri Martini. 

 

Pemilihan sampah anorganik

 

Produk hasil pengolahan maggot yang ditawarkan BSI meliputi telur, baby maggot, fresh maggot, pupa maggot, serta produk olahan seperti maggot kering, kasgot pupuk, dan tepung maggot. Ketiga produk ini sangat potensial sebagai pengganti pakan ikan, memperluas peluang ekonomi dari sektor pengelolaan limbah organik.

 

“Kami turut membantu menyukseskan program Organikkan Jogja, tidak hanya di hulunya, tetapi juga di hilirnya,” tutup Sri Martini. 

 

Menurutnya, langkah ini tidak hanya berkontribusi pada pengurangan sampah, tetapi juga membuka peluang inovasi baru dalam pengelolaan limbah. Sri Martini menegaskan bahwa keberadaan BSI dapat mendorong perubahan perilaku masyarakat dan menciptakan ekosistem berkelanjutan, dengan pengelolaan sampah terpadu ini diharapkan mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus peluang ekonomi bagi masyarakat Yogyakarta. (Chi)