BAGASKARA “A MIRACLE DEAF BOY” DENGAN SEGUDANG PRESTASI

Terlahir sebagai seorang yang berkebutuhan khusus bukan menjadi sebuah penghalang untuk berkarya dan mengahasilkan karya besar yang penuh inspiratif.  Bagaskara, bocah mungil yang kini beranjak remaja ini terlahir sebagai seorang tunarungu. Bagi sebagian kita orang-orang seperti Bagaskara perlu mendapat perhatian khusus dan harus dikasihani karena keterbatasannya. Namun, bagi Seorang Bagaskara MP. Irawan  tidaklah demikian.

Dengan keterbatasan yang dimiliki,  Bagaskara  mampu menyulap kekurangan menjadi sebuah karya besar yang membanggakan di bidang seni rupa (lukis). Bakat dan talenta  seni Bagaskara  sudah terasah  sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Bagas berkisah, bermula sejak dirinya bersekolah di TK Indriaya Sana, sebuah TK umum yang berada di bilangan Gondomanan Yogyakarta.  Pada suatu hari,  guru mengggambar TK  memanggil ibunya  untuk menyampaikan kabar  bahwa Bagaskara memiliki bakat melukis yang luar biasa dan meminta ijin untuk diikutkan pada lomba menggambar untuk anak TK. Alhasil, Bagas kecilpun menyabet juara I. Dia mengalahkan ratusan  anak normal lainnya.

Prestasi melukisnya kian meningkat. Saat  menginjak 7 tahun usia Bagaskara,  lukisannya menjadi cover (sampul) depan  sebuah buku terbitan negeri Sakura Jepang berjudul ‘Hearing Impairment” karya J. Suzuki, T. Kobayashi,K.Koga 2004  . Rupanya, momentum ini menjadi motivasi yang terus melecut  hidup Bagaskara untuk terus melukis dan menciptakan karya demi karya. “ Bahkan usia saya 7 tahun, lukisan saya menjadi cover  buku terbitan Jepang. Itulah kemudian yang menjadi motivasi dalam hidup saya, untuk menjadi lebih baik dan lebih maju,” ujar siswa kelas 10 SMKN 3 (SMSR) Kasihan Bantul ini  dengan penuh bangga.

Meskipun penyandang tunarungu, Bagaskara bisa berkomunikasi dengan baik kepada siapapun, termasuk dengan para tim Juri Pemuda Pelopor dari Propinsi DIY yang datang menilainya.

Bagas menjelaskan, tahun 2000 hingga 2009 dirinya menimbah ilmu di Sekolah Luar Biasa (SLB) B Karnamanohara.  Tahun 2009 sampai  2011  Bagaskara melanjutkan ke SLB Negeri 2 Bantul Yogyakarta. Di tahun itu, Bagaskara  menjadi duta seni lukis mewakili Propinsi DIY di Maksar Sulawesi Selatan dan menyabet juara Harapan III tingkat nasional.

Kegigihan seorang Bagaskara untuk meraih ilmu dan prestasi tidak sampai disitu. Tahun 2011 sampai dengan 2013 Bagsakara belajar di SMP Negeri 2 Sewon Bantul. Di tahun 2013, Bagaskara kembali  menjadi duta seni lukis DIY mewakili sekolah umum di Istana Kepresidenan RI di Cipanas Jawa Barat. Kali ini dirinya tak beruntung. Meskipun demikian Bagaskara mengatakan dirinya tidak berkecil hati. Sebagai gantinya di tahun 2013, lukisannya menyabet juara II Lomba lukis Jogja-Kyoto yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kebudayaan DIY dan pemerintah Jepang. Lukisan Bagaskarajuga  dipamerkan di Kyoto Jepang dan ditonton masyarakat Jepang dan dunia.  

Bagaskara, yang bercita-cita menjadi pelukis besar dan menjadi orang yang bermafaat bagi orang lain ini  kini sedang belajar di SMK.N. 3 Kasihan Bantul atau lebih dikenal  Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR).

Selain bersekolah dan terus melukis, ternyata Bagaskara aktif terlibat pada kegiatan sosial di kampungnya.  Bagaskara ikut membantu ibu-ibu PKK keluarahan Pandeyan Umbulharjo, mengajar melukis dan mewarnai untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kelurahan Pandeyan.

Tidak hanya kegiatan PAUD, Bagaskara juga ikut aktif di kegiatan kepemudaan Karang Taruna. Bersama Karang Taruna, Bagaskara bercita-cita  membuat lampu cafe dari botol bekas. Sudah banyak botol bekas yang sudah dilukis Bagaskara. Sebagian dipamerkan di garasi rumahnya, saat menerima tim Juri.

Bagaskara berharap  dengan adanya produksi lampu cafe ini para pemuda yang bergabung  di Karang Taruna bisa lebih kreatif, berdaya guna dan mandiri. “Dan bisa mencari uang jajan sendiri,” ujar Bagaskara yang telah mengumpulkan Rp. 18 juta dari kreativitas dan prestasinya di bidang seni lukis ini. Bagaskara juga berharap dengan kegiatan seni dan kreasi, pemuda Karang Taruna Pandeyan Umbulharjo bisa dijadikan contoh atau panutan bagi kampung yang lain.

Bagaskara Maharestu P. Irawan  lahir di Yogyakarta, 9 Agsustus 1996. Alamat rumah Jl. Babaran, Gang Mpu Gandring IV Nomor 11 B Pandeyan Umbulharjo.  Sudah ratusan piala dan thropy telah diraih Bagaskara  dari kegiatan melukis antara lain Juara III Lomba melukis Festival dan Lomba seni siswa Nasional (FLS2N) Tingkat nasional di Makasar, 2011, Juara I FLS2N Tingkat DIY, Juara I Lomba membatik dan masih banyak lainnya.  Selain lukisan seni dekoratif Bagaskara juga mencoba melukis wajah dan membuat sketsa.

Melalui kegiatan melukis Bagaskara bisa bertemua dengan orang –orang penting di negeri ini. Satu diantaranya adalah Presiden RI, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono.

Karena kegiatan berkesenian dan aktif dalam  kegiatan sosial kemasyarakatan, serta selalu memotivasi orang lain disekitarnya Bagaskara diikutkan dalam pemilihan Pemuda Pelopor dalam bidang Sosial dan Budaya tingkat Propinsi mewakili Kota Yogyakarta.  Bagaskara berharap dirinya  bisa lolos ke tingkat nasional. Semoga. (@mix)