APRILIA GENERASI MUDA BERJIWA PATRIOT

Langkah tegap namun anggun itu berderap tegas bersama anggota Pasukan Delapan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Kota Yogyakarta Tahun 2014. Di bawah hangatnya sinar mentari dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibir, derap langkahnya tetap teratur menuju podium untuk menerima bendera dari inspektur upacara. Dengan teguh hati, amanat untuk menghantarkan Sang Saka Merah Putih berkibar menandai peringatan kemerdekaan RI mampu dilaksanakan dengan sempurna.

 Laely Amalia Dwi Aprilia (17), siswi kelas XI IPA 8 di SMA Negeri 1 Yogyakarta menjadi petugas pembawa bendera pada Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-69 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta di Halaman Balaikota Timoho (17/08/14). Dara berperawakan tinggi 162 cm dan berat badan 46 kg serta berparas manis ini tidak pernah menduga sama sekali akhirnya terpilih menjadi pembawa baki bendera pada.

Sejak mendaftar menjadi anggota Peleton Inti (Tonti) tahun lalu, April putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Slamet Suparmaji dan Ibu Sri Agustiaty, berusaha menjalankan semua tugas dari para pelatih dengan tekun dan tanpa beban. “Seleksi dilaksanakan awal tahun ini, dilanjutkan dengan latihan fisik dan mental yang cukup menguras tenaga dan waktu sehingga saya harus benar-benar fokus dan membagi waktu dengan baik untuk sekolah dan latihan. Kami semua benar-benar ditempa agar mampu mengemban semua  peran, apalagi mendekati hari H dituntut untuk bisa memberikan yang terbaik dan tidak boleh salah”, jelas April.

Sejak SMP April yang tinggal di Perum Kinara Puri B/6 Corong Maguwoharjo Depok Sleman sudah menekuni kegiatan pramuka hingga pernah mewakili DIY di Lomba Pramuka Tingkat Nasional. Menjadi anggota paskibra sudah menjadi prestasi, terpilih menjadi pembawa bendera tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri. “Saya tidak berencana atau punya pikiran harus menjadi pembawa bendera di pasukan delapan, semua mengalir saja. Bahkan menjelang pelantikan kami semua tidak tahu siapa bertugas sebagai apa”, lanjut April yang memiliki kegemaran masak dan travelling.

Menjadi anggota paskibra sudah menjadi cita-citanya sejak duduk di bangku SMP. Selain itu, faktor Ibu menjadi pendorong terbesar ia mendaftar menjadi anggota Paskibra. Sang ibu memberikan dukungan dan dorongan dalam setiap langkahnya, baik di dunia akademik maupun kegiatan ekstra kurikuler. Namun, di luar semua itu, kecintaannya terhadap bangsa dan negara Indonesia adalah yang utama. Perjuangan para pahlawan yang harus bercucuran keringat dan darah terwakili dalam setiap latihan paskibra.

“Dalam 3 bulan karantina di asrama saya dan teman-teman merasa bahwa perjuangan kami tidak ada apa-apanya dibanding para pejuang dan pahlawan dulu. Itulah yang membuat kami harus berlatih mati-matian demi membayar setiap cucuran darah para pejuang kemerdekaan”, terangnya.

April kini lega setelah selesai bertugas dalam upacara pengibaran bendera. “Latihan berat selama tiga bulan itu terbayar dengan sempurnanya pengibaran bendera selama 20 menit dan saya bangga bisa menerima bendera dari Walikota, merupakan momen yang tidak terlupakan karena tidak semua orang bisa mendapat kesempatan mengisi kemerdekaan dengan cara seperti ini”, pungkas April. (Mfd/Dast)