Perpustakaan Mletik Malioboro Budayakan Gemar Membaca PKL
Sudah 4 tahun ini, wisatawan yang sedang berjalan-jalan di sepanjang trotoar Malioboro akan menemui pemandangan para pedagang yang memegang buku sambil melayani tawar menawar dengan pembeli. Virus membaca ini disebarkan oleh Perpustakaan Mletik Paguyuban Komunitas Malioboro sejak tanggal 31 Maret 2010 yang digawangi oleh Sujarwo Putro.
Istilah mletik menggambarkan perilaku seseorang yang smart karena cerdas, inovatif dan banyak akal. Mas Jarwo menggagas perpustakaan bagi PKL Malioboro dan kemudian diberi nama “Mletik” dengan harapan PKL Malioboro dapat tetap mengembangkan diri menambah ilmu dengan membaca sehingga dapat menjadi sosok-sosok yang mletik.
“Selama ini mereka tidak mempunyai waktu untuk pergi ke perpustakaan, sedikit mempunyai kesempatan untuk berhadapan dengan birokrasi dan asing dengan perpustakaan. Oleh karena itu kami menciptakan perpustakan berjalan, pepustakaan yang menyapa dan mengunjungi secara langsung ditempat pedagang beraktifitas”, kata Sujarwo Putra.
Dalam pelayanannya, Perpustakaan Mletik mengedarkan buku ke seluruh kawasan Malioboro pada hari Senin dan Selasa dan mengambilnya kembali pada hari Kamis, pemilihan hari-hari ini didasarkan pada hari tersebut relatif sepi dibanding hari-hari libur dan weekend dimana para pedagang sibuk berdagang.
Sistem pengelolaan dan pelayanan di perpustakaan Mletik menggunakan sistem yang sangat sederhana, pengguna/peminjam cuma dicatat nama saja berdasarkan kepercayaan, dalam perkembangan selama 4 tahun ini tidak banyak buku yang hilang, kalau ada yang hilang peminjam memberi tahu dan bersedia mengganti buku yang hilang tersebut.
“Saat ini kesadaran membaca di kalangan PKL Malioboro sudah cukup tinggi, dalam satu hari layanan buku yang terpinjam mencapai 300 eksemplar. Dan variasi materi buku yang dipinjam juga beragam sesuai minat masing-masing. Buku yang banyak dipinjam adalah buku keagamaan, bisnis, memasak, pertanian dan novel. Kami berkeliling menawarkan buku dengan cara asongan, mengunakan troli dan gerobag dorong”, jelas Mas Jarwo.
Para penggemar buku-buku perpustakaan Mletik sangat beragam mulai pedagang di sepanjang Malioboro, penjaga toko, tukang becak sampai penjaga halte bus Trans Jogja. “Perpustakan Mletik sudah menjadi bagian keseharian komunitas Malioboro, kehadirannya selalu ditunggu karena PKL yang sudah merasakan manfaatnya. Tantangan terberat kami adalah sulitnya mendapatkan tenaga untuk mengedarkan buku karena kami tidak ada dana khusus untuk menggaji tenaga dan hanya mengandalkan bantuan suka rela”, terang Sujarwo Putro.
Johari salah seorang PKL Malioboro mengaku sangat merasakan manfaat adanya Perpustakaan Mletik. “Kami senang mendapatkan pinjaman buku dari Perpustakaan Mletik. Sambil mencari nafkah para PKL tetap dapat belajar berbagai ilmu pengetahuan dan mendapatkan informasi yang dapat kami gunakan untuk mengembangkan diri dan mendidik anak-anak di rumah. Kami semua mendukung dan bangga dengan Perpustakaan Mletik Malioboro”, beber Johari menutup perbincangan. (Hg/Dast).