TIGA BELAS PERUPA HIASI KAWASAN  MALIOBORO DENGAN KARYA TIGA DIMENSI

Tiga belas perupa Yogyakarta akan menghiasi  kawasan Malioboro dari Jl. Abu Bakar Ali hingga Titik Nol Jogja dengan berbagai karya tiga dimensinya  terhitung mulai tanggal 04 Oktober 2014 hinga 04 Oktober 2015.   Salah satu karya  berjudul Bertautan karya Dunadi  yang menampilkan karya tiga dimensi berupa tiga ekor gajah  yang saling bertautan dipasang di depan Monumen SO 1 Maret. Tiga gajah berwarna. putih ini selanjutnya digunakan sebagai wahana bagi  warga masyarakat membubuhkan tandatangan dan menuliskan pesan.

Walikota Yogyakarta H. Haryadi Suyuti merupakan orang pertama yang membubuhkan tandatangan dan menuliskan komentar berbunyi “Jagalah Kebersihan Kota”.  Kemudian disusul Dandim 0734 Yogyakarta, Letkol Infantri Sinaga, Ketua DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko dan Sekda Kota Yogyakarta Rr. Titik Sulastri juga membubuhkan tantangan serta kalimat pesan mereka. Setelah itu, warga masyarakatpun diberi kesempatan untuk memberikan tandatangan dan menuliskan pesan dan komentarnya.  Kurang dari 1 jam tiga ekor gajah putih itupun  tertutup tanda tangan dan pesan yang ditorehkan dengan tinta berwarna-warni.

Walikota Yogyakarta mengucapkan rasa terima kasihnya kepada para seniman khususnya para perupa yang menghiasi Jl. Abu Bakar Ali  hingga Titik Nol Yogyakarta dengan karya mereka yang dikemas dalam bentuk event pameran luar ruang di  Malioboro yang diberi judul Jogja 258 Outdoor Sculpture Exibition 2014.  Menurut Walikota  pameran ini merupakan  bentuk dedikasi para seniman untuk mengisi ruang kosong di kawasan Malioboro dengan karya seni.  “Terima kasih kepada teman-teman seniman perupa yang mau mengisi ruang di kawasan Malioboro dengan karya seninya.  Ini merupakan bentuk dedikasi para seniman Jogja kepada kota Yogyakarta,” ujar Haryadi.

Lebih lanjut Haryadi mengatakan seni memiliki peran sosial  yang sangat kuat, salah satunya  adalah pembentukan  karakter bangsa. Melalui seni rupa, dapat disebarkan semangat persatuan dan kebersamaan bangsa serta kecintaan terhadap budaya dan adat lokal.

Walikota berharap  warga masyarakat  dapat mengapresiasi karya seni ini dengan menjaga kebersihan disekitar  lokasi karya seni. Masyarakat juga diminta untuk menjaga karya seni yang telah dipasang dan tidak melakukan corat coret. Karena, menurutnya ada beberapa karya seni yang tidak boleh dicorat coret atau bahkan dipegang. Sedangkan yang bisa dicorat coret adalah patung tiga ekor Gajah yang berada di depan monument SO 1 Maret. Haryadi menambahkan semua karya seni yang dipasang di sepanjang Malioboro merupakan karya yang interaktif. Artinya karya itu bisa dinikmati, dipegang, dilihat, difoto bahkan bisa digembok.

Sementara itu, Prof. Dr. Timbul Raharjo Ketua Prodi Magister Manajemen  Seni  ISI Yogyakarta, sekaligus ketua pelaksana  Jogja 258 Out Door Sculpture Exihibition 2014  mengatakan sejak 4 tahun lalu para perupa   dari kelompok tiga dimensi atau pematung  mencoba membuat suasana Malioboro dihadiri karya-karya seniman.  Kehadiran ditengah masyarakat khususnya di Malioboro ini menurut Timbul, untuk mengisi ruang ruang  yang ada di sepanjang Malioboro dengan karya-karya seni dan memanfaatkan  Malioboro sebagai sebuah ruang rupa yang dipakai untuk berekspresi  dan sekaligus memperindah. “Kami ingin Malioboro menjadi sebuah ikon kota Yogyakarta yang memiliki daya inspirasi. Karena Kota inspirasi Indonesia adalah Yogyakarta, “ujar Timbul. Timbul berharap ke depan kegiatan ini akan lebih baik dan lebih terkonsep lagi.

Para perupa yang ikut ambil bagian dalam Jogja 258 Out Door Sculpture Exihibition 2014 ini adalah Heru Siswanto dengan karya Time Traveler,  Dunadi (Bertautan),  Komroden Haro (Melepas  Beban), Dani Daoed Dialog Tinggi), I Made Arya Palguna (Digital Heart),  Arlan Kamil (Melindungi), Timbul Raharjo (Bidadari), Rifqi Sukma (Bersilang Ruang Bertukar Batas), Basuki Prahoro (Slow but Sure), Edy Priyanto (Biar Aku Tumbuh), Yulhendri (Titian Kehidupan), Ali Umar (Jembatan Indonesia), dan Kamto Widjoyo Lindu Prasekti ( Yogya). (@mix)