14 Kecamatan se Kota Yogya Ikuti Festival Kethoprak
Kethoprak merupakan salah satu seni budaya tradisional yang keberadaannya perlu dilestarikan. Di dalamnya mengandung banyak pelajaran hidup dan petuah-petuah untuk mengarungi kerasnya persaingan dunia. Bagi masyarakat Kota Yogyakarta, seni budaya kethoprak sangat fundamental bagi kehidupan warga masyarakat.
Pemerintah Kota melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menyelenggarakan Festival Kethoprak Antar Kecamatan se-Kota Yogyakarta yang dibuka Senin malam, (20/10) di Pendopo Tamansiswa. Festival ini merupakan ajang bagi para pelaku seni kethoprak di Yogyakarta untuk berekspresi berdasarkan kebebasan berkreasi dengan tetap mengacu pada nilai-nilai budaya lokal.
Ketua panitia penyelenggara Drs Suparna menyatakan bahwa festival ini merupakan tindak lanjut dari pembentukan kelompok seni budaya kethoprak wilayah beberapa waktu yang lalu. Selain itu, untuk melestarikan budaya tradisional yang semakin terdesak oleh budaya pop.
“Festival ini merupakan interpretasi dari pelestarian seni budaya tradisional Yogyakarta dan untuk mewujudkan ketahanan budaya terutama di Yogyakarta. Harapan kami agar kethoprak tetap lestari, memiliki generasi penerus sehingga tercipta ketahanan budaya tradisional Yogyakarta,” tandasnya.
Dengan dibentuknya kelompok-kelompok seni kethoprak di kecamatan diharapkan juga nantinya pembinaan dan pelestarian tidak hanya berhenti pada festival saja, namun juga dapat dipentaskan di wilayah masing-masing.
“Harapan kami dengan festival ini wilayah masing-masing dapat mengembangkan sendiri seni budaya kethoprak sehingga dapat lestari,” tambah Kepala Disparbud Kota Yogyakarta, Eko Suryo Maharso sekaligus membuka festival.
Festival ini diikuti oleh kelompok kethoprak wilayah yang rata-rata beranggotakan pelaku dan penggiat seni dan budaya kethoprak serta melibatkan warga masyarakat Kota Yogya. Sebanyak 14 kelompok dari 14 kecamatan mengikuti festival yang berlangsung mulai senin sampai Minggu 26 Oktober yang akan datang. Setiap malam akan tampil dua kelompok kethoprak.
Sebagai tim juri, Disparbud mendatangkan lima juri dari golongan akademisi, ahli seni budaya tradisional dan pemerhati seni yaitu Dra B Sriharjanti, Untung Mulyono SST MHum, Marjiyo Amd, Drs Joko Budiarto dan DR Ari P Subagyo.
Penghargaan untuk festival ini terbagi menjadi dua kategori utama yaitu tim dan perorangan. Juara pertama akan mendapatkan uang pembinaan sebesar 15 juta dan trofi. Sementara itu untuk kategori perorangan termasuk penilaian sutradara terbaik, pemeran putra dan putri terbaik, penata iringan dan penata busana terbaik.
Antusiasme warga yang menonton pun tidak kalah ramai dengan pemain kethoprak. Kursi penonton dipadati oleh warga baik tua maupun muda, orang tua dan anak-anak yang timnya tampil maupun mereka yang sengaja menonton festival. (Dip)