Walau Hujan, Kirab Shafaran 1000 Apem tetap Meriah

Meskipun hujan warga RW 11 Gondolayu Lor tetap antusias mengikuti acara Kirab Shafaran 1000 apem, ini di buktikan dengan banyaknya warga yang ikut serta ataupun hanya sekerdar menonton kirab tersebut.

Menurut takmir Masjid Baitul Hikmah Muhamad Ma'ruf, Kirab tersebut merupakan Kirab budaya tradisi tahunan masyarakat Gondolayu , Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta, “Kirab ini sudah yang ke empat kalinya, pertama di adakan tahun 2010 silam” katanya di sela sela persiapan Kirab, Minggu (21/12).

Ia menjelaskan bahwa kemasan budaya yang membungkus proses Kirab tersebut merupakan ruh dari semangat Kota Yogya sebagai Kota Budaya.

“Selain menggunakan nafas kebudayaan, sejak awal di gelar Kirab ini mengusung misi sebagai upaya tolak bala, itu sebabnya perangkat yang mengiringi kirab tersebut memuat simbol – simbol penolak bala.” ujarnya

Karena dikemas dengan sentuhan kebudayaan lanjut Ma'ruf, Kirab tersebut melibatkan berbagai kesenian dan perangkat budaya, seperti jatilan, dolanan bocah, bregodo, dan masyarakat yang mengenakan pakaian adat jawa

Ia menambahkan dipilihnya Apem dan lemper karena dalam filosofi jawa kedua makanan tersebut memuat makna simbolis yang mendalam.

“Apem yang berasal dari bahasa Arab ‘afuwwun’ yang memiliki makna ampunan sedangkan lemper di simbolkan untuk mempererat persaudaraan dan persatuan, sebagai mana sifat ketan yang lengket” katanya.

Sementara itu Wakil Walikota Imam Priyono yang berkesempatan melepas Kirab tersebut mengaku bangga dengan warga Gondolayu Lor yang telah menyelenggarakan kegiatan tersebut. “Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayoyokarto benar-benar ada di wilayah ini”katanya

Ia berharap hal tersebut dapat menjadi contoh bagi wilayah lain. “kerukunan, kebersamaan dan silaturahmi antar warga yang merupakan budaya agung dan budaya adiluhung yang harus di lestarikan hingga anak cucu kita nanti” ujarnya

Kirab tersebut di arak oleh sesosok raksasa yang di sebut ogoh-ogoh, ogoh-ogoh tersebut melambangkan kejahatan, keburukan dan angkara murka. Usai kirab ogoh –ogoh tersebut dilebur dengan cara di bakar sebagai simbolisasi menghilangkan segala sifat buruk yang ada di dalam diri manusia. (Han)