Kuatkan Mitigasi Dengan Segoro Amarto

Semangat Gotong Rotong Agawe Majune Ngayogyakarta (Segoro Amarta) yang merupakan pegangan hidup masyarakat Kota Yogya menjadi salah satu pendukung dalam upaya mitigasi bencana. Itulah inti dari obrolan malam di tengah rintiknya gerimis, saat Angkringan Pak De Harjo digelar, dihangatkan segelas teh dan sepiring gorengan.

Mbak Miskun dan Pak De Harjo ditemani Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogja, Agus Winarto dan Lurah Sorosutan Kresna Irianto. Disebutkan Agus Winarta, bahwa kekuatan dari kerukunan yang dimiliki oleh warga Kota Yogya, yang diusung dalam Segoro Amarta perlu dikembangkan betul.

Pasalnya, Segoro Amarta juga amat dibutuhkan ketika bencana menimpa suatu wilayah. Apalagi, ia menilai, bahwa dalam upaya penanggulangan bencana, yang terpenting bukan hanya sekedar tanggap ketika bencana terjadi, mengevakuasi misalnya. Melainkan keandalan mitigasi.

Mitigasi merupakan upaya meminimalisir kerugian dan dampak yang lebih besar, akibat terjadinya suatu bencana.

"Justru yang kita kuatkan saat ini bukan hanya kemampuan evakuasi saat bencana, tidak cukup hanya siap siaga. Tapi juga pengurangan kerugian dan dampak lebih besar saat bencana itu terjadi," ungkap Agus, Rabu malam (4/2).

Maka, lanjutnya, pemetaan potensi bencana, usia warga baik yang lansia atau anak-anak, yang perlu didahulukan penyelamatannya, menjadi penting. Agar kerugian hingga korban dan resiko, bisa ditekan seminim mungkin.

Pentingnya sosialisasi atas mitigasi ini dilakukan di hampir setiap wilayah oleh BPBD Kota Yogya. Masyarakat diminta untuk mandiri dalam menanggulangi bencana, tanpa harus menunggu tim BPBD datang terlebih dahulu ke lokasi bencana.

"Di sini partisipasi dibutuhkan, tanpa kemauan untuk saling bergandengan tangan antar warga, hal ini [mitigasi] menjadi tidak mungkin optimal," jelas Agus.

Dalam hal kesiapsiagaan bencana, di Kota Yogya telah ada 35 Kampung Tangguh Bencana dan tiga Kelurahan Tangguh Bencana (Katana) bentukan BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta.

Harapannya, imbuh Agus, Katana bisa merekatkan antara KTB di Kota Yogya, agar semakin bersinergi. Disinggung mengenai kampung Sorosutan, Agus menyebut kampung ini memiliki potensi bencana banjir. Baik banjir akibat luapan air sungai dan banjir akibat hujan. Namun gempa, juga menjadi salah satu bencana yang perlu diwaspadai pula.

"Kebakaran juga potensial terjadi, mengingat di sini permukiman padat," tandasnya.

Sementara itu Lurah Sorosutan, Kresno Irianto menegaskan bahwa Sorosutan telah mengupayakan agar kampung bisa maksimal dalam mengupayakan mitigasi. Gotong royong, menjadi prinsip yang dipegang. Diaplikasikan mulai sejak tahap kesiapsiagaan, evakuasi hingga pasca bencana.

"Pasca bencana, kami juga saling bahu-membahu dalam menyikapi kerugian akibat bencana," papar Kresna, di malam yang sama. (Han)