Hari Pertama, Pameran Pesta Batu Jogja Istimewa Sudah Dipadati pengunjung

Ribuan warga memadati Pameran Pesta Batu Jogja Istimewa yang diselengarakan di jalan Ibda Tut Harsono, timur Balaikota Yogyakarta

Pameran yang di gelar dari tanggal 17 hingga 22 Februari mendatang menampilkan banyak ragam batu mulia. Tak hanya itu, selain batu mulia, ada juga batu lokal atau akik yang dipamerkan dan diperjualkan di tempat dengan harga yang cukup fantastis, dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah.

Batu mulia, di antaranya ada blue sapphire dari Myanmar atau Burma, ruby dari Afrika, giok dari China, black sapphire dari Myanmar, jamrud, dan liontin. Sedangkan batu akik di antaranya, batu lumut Garut, batu klawing dari Purbalingga, dan batu kladen dari Pacitan.

Sejumlah stan yang berjejeran tampak didatangi pengunjung dengan tujuan sekedar melihat lihat ataupun untuk memiliki batu yang dihargai hingga jutaan rupiah itu.

Beragam batu lokal dengan motif, jenis hingga ukuran berbeda itu dipamerkan. Para pengunjung pun rela mengocek kantong demi memiliki batu mulia. Dari pengunjung yang mengaku masih pemula hingga kolektor batu akik pun berdatangan.

Aziz contohnya, pria asal Solo, Jawa Tengah, ini menyempatkan diri berburu batu akik di acara pesta batu tersebut. “Saya tahu dari teman, di depan Balaikota Yogya ada pameran dan festival batu akik. Ya, saya langsung berangkat,” papar pria yang belakangan senang mengoleksi batu akik itu.

Aziz mengaku tak percuma jauh-jauh dari Solo ke Yogya. Ia merasa gembira melihat koleksi batu yang tersedia di pameran tersebut cukup lengkap. Ia pun berencana membeli beberapa jenis batu untuk melengkapi koleksinya.

Sementara itu Ancu, pengunjung lainnya yang juga baru mengenakan cincin dengan permata batu mulia dengan harga Rp 1,5 juta ditangannya itu mengaku sangat tertarik dengan batu mulia.

“Saya sudah punya tiga ini, kalau yang dua memang dari orang tua, dan ini baru beli,” ungkapnya sembari memperlihatkan tiga cincin yang terpasang di jarinya.

Menurut Ancu Nilai batu tersebut sebenarnya memang tidak bisa lepas dari mistis. “ Kita bisa percaya namun tidak bisa meyakininya, karena itu bisa mengarah ke sirik nantinya,” kata pria 35 tahun asal Bantul tersebut.

Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti yang pada saat itu hadir dalam acara tersebut mengatakan jika pihaknya sangat mendukung pameran tersebut, “Selain bisa di gunakan sebagai ajang silahturahmi, kegiatan ini juga sebagai sarana untuk mengenalkan batu asli Indonesia kepada masyarakat," katanya di sela acara.

Ia berharap pameran tersebut dapat menumbuhkan perekonomian di Kota Yogya dan sekitarnya. “Sebab, sejumlah pengrajin mulai bermunculan untuk dan membuat ekonomi kreatif, Kita akan terus mendorong para pengrajin batu lokal khususnya agar ekonomi mereka melalui batu lokal ini bisa terdorong” Ujarnya. (Han)