Ribuan Warga Yogyakarta Hadiri Pengetan Jumenengan Sri Sultan HB X Dan Launching Logo Jogja Istimewa

Hujan deras yang mengguyur Kota Yogyakarta, Sabtu, (7/3) sore kemarin tidak menyurutkan semangat ribuan warga Yogyakarta untuk mengikuti Pisowanan Agung. Pisowanan Agung Rakyat Yogyakarta ini dalam rangka peringatan 26 tahun Sri Sultan Hamengku Buwono X bertahta sebagai raja Kesultanan Ngayogyakarta.

Pada kesempatan itu, Sri Sultan menyampaikan komitmennya bahwa tahta yang diduduki sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat Yogyakarta. Sri Sultan mengatakan meskipun iklim sosial politik sudah berbeda tetapi roh keistimewaan tetap sama. “Bahwa saya tetap konsisten ora mingkeh, untuk meneguhkan tekad, dan mewujudkan sebuah tahta dan menjadi Sultan hanya demi kesejahteraan rakyat,” tegas Sri Sultan di hadapan rakyatnya. Sultanpun meminta dukungan rakyat Yogyakarta untuk bersamanya, bahu membahu berjuang membumikan nilai nilai keistimewaan dalam kehidupan nyata, dan tidak bangga hanya karena menyandang nama istimewa tanpa makna berarti.

Sri Sultan mengatakan setelah mendapatkan pengakuan terkait dengan Keistimewaan pada tahun 2012 dengan diterbitkannya UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY, perjuangan rakyat DIY dianggap selesai. “Selama tiga tahun ini kita (rakyat Yogyakarta) seperti terbuai dalam zona nyaman. Masa tenang adalah musuh karena membuat kita tertidur. Rasa ini harus membangunkan kita, bahwa Jogja Gumregah, bukanlah kata benda dan sekedar wacana. Tapi harus menjadi kata kerja yang berlanjut dalam aksi masa untuk mewujudkannya,” ujar Raja Jogja itu.

Dikatakan Keraton sebagai pamomomng harus mengubah cara berpikir dan bekerja birokrasi, serta aparat ketertiban dan keamanan untuk menggerakkan simpul-simpul organisasi , menghidupkan kembali kebiasaan, mengambil inisiatif dan begerak maju. Sri Sultan menambahkan peringatan 26 tahun Jumenangan digelar bersamaan dengan Pisowanan Agung Rakyat Yogyakarta merupakan sebuah gelar budaya. Dan disaat yang sama pula diluncurkan Logo Jogja Istimewa. Logo Jogja Istimewa ditulis dengan huruf kecil melambangkan semangat egaliter, kesederajatan, persaudaraan dan kesetiakawanan sosial antara keraton dan rakyat Yogyakarta. Warna merah raja menyimbolkan semangat keberanian sebagaimana ditunjukkan pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. “Untuk mewarnai lahan baru renaisans Yogyakarta, kembangkitan kembali semangat Yogyakarta guna menuju kesejahteraan Yogyakarta Istimewa," kata Sultan.

Sultan menjelaskan logo baru Jogja Istimewa menggambarkan sembilan arah pembangunan Jogja Renaisans yakni pendidikan, pariwisata, tehnologi, ekonomi, energi, pangan, kesehatan, keterlindungan warga, tata ruang dan lingkungan. Renaisans Yogyakarta digagas dalam tatanan harmoni dengan masa lalu, masa kini dan masa depan. “Agar titik singgung antara warisan masa lalu dengan kegelisahan masa kini serta harapan di masa depan tidak saling meniadakan,” ujar Sri Sultan.

Sri Sultan menambahkan rakyat Jogja harus bersedia secara tekun dan berani membuka diri terhadap sains dan teknologi baru dengan menajamkan rasa , dan siap beradaptasi dengan kemajuan jaman. Hal ini memerlukan pemikiran ulang, dan penataan ulang pranata sosial. Pembaharuan harus dilakukan secara sistematis dan terarah. “Untuk itu dibutuhkan pula pemimpin yang teladan, konsekuen dan mampu berkomunikasi secara kultural dan adaptif. Perlu pula disadari bahwa pembaharuan tidak harus selalu menghasilkan perubahan besar. Tetapi dapat dilakukan secara bertahap namun konsisten,” tambah Sultan.

Jogja Gumregah memperingati Jumenengan ke -26 Sri Sultan Hamengku Buwono X, Pisowanan Agung Rakyat Yogyakarta dan launching Zitizen Branding Jogja Istimewa ini diikuti warga dari kabupaten Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta dari berbagai elemen. Jogja Gumregah dimeriahkan dengan kirab budaya start dari Taman parkir Abu Bakar Ali melewati kawasan Malioboro menuju Pagelaran Keraton Yogyakarta. Selain itu juga perwakilan dari institusi dan kantor pemerintahan dan swasta datang dengan menggunkan busana tradisional Jawa. Di panggung utama dipentaskan pula tari dan musik hip hop asal Yagyakarta. (@mix)