TAMANTIK : Taruna Pemantau Jentik : Pasukan Pertahanan Pengendalian Demam Berdarah
Di RW 09 Kelurahan Sorosutan, Kota Yogyakarta, Juru Pemantau Jentik (Jumantik) tak hanya terdiri dari orang-orang dewasa, melainkan anak-anak usia Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama.
Mereka membentuk barisan perang tersendiri melawan keberadaan jentik, dengan nama Taruna Pemantau Jentik (Tamantik) RW 09 Sorosutan.
Ide awal kehadiran Tamantik berasal dari Lurah Sorosutan, Kresno Irianto, pada 2013.
"Saat itu kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sorosutan cukup tinggi, tapi saat ini, kondisi berubah menjadi lebih baik, kasus semakin tahun mengalami penurunan," ujar Lurah Sorosutan, Kresno.
Menurutnya keberadaan Tamantik yang ada di RT. 34 didukung sepenuhnya oleh Kepengurusan baik dari Tingkat RT maupun RW. Pasukan Tamantik terdiri dari relawan yang kebanyakan usia SD . “Ini sangat bagus sebagai upaya pembelajaran kepada anak-anak sejak dini akan arti pentingnya kewaspadaan terhadap Demam Berdarah” tandasnya.
Sementara itu Seksi Pemberdayaan Ekonomi dan Lingkungan RW 09 Sorosutan, Sugiyono menambahkan, pada 2013 itu dari 67 kasus yang terjadi, 10 kasus di antaranya terjadi di RW 09.
Namun berangsur, berkat kehadiran Tamantik pula, kasus berkurang, bahkan pada 2014, nol kasus di RW 09.
Tamantik mulai menjalankan tugas memantau jentik ke rumah-rumah pada Minggu pagi sekitar pukul 07.00 WIB sampai 08.00 WIB atau 08.00 WIB sampai 09.00 WIB. Apabila di kampung ada pengajian Minggu pagi, jadwal keliling mundur menjadi pukul 15.00 WIB sampai 17.00 WIB.
Dengan semangat anak-anak tersebut berkeliling mengunjungi rumah warga untuk mengecek apakah di dalam Bak Mandi atau penampungan air yang ada pada setiap keluarga sudah terbebas dari nyamuk atau belum.
Dengan memakai Kaos Seragam yang dibuat dari dana swadaya Tamantik sendiri, membawa senter dan saringan mereka mencatat ada tidaknya jentik nyamuk yang ada pada bak mandi dari warga yang sudah di cek. Usai mengecek mereka lantas menulis laporan dalam kertas tersendiri dan direkap oleh koordinator untuk selanjutnya dilaporkan ke tingkat RT / RW.
Pasukan Tamantik dibagi ke dalam sebuah regu, satu regu beranggotakan sekitar empat orang. Masing-masing regu bertanggungjawab memantau di sepuluh rumah. Tamantik di Sorosutan memiliki koordinator di RT 32, RT 33, RT34, RT 59.
Dalam tugasnya, mereka memiliki aturan main, apabila dalam sebuah rumah ditemukan titik keberadaan jentik, maka pemilik denda Rp500. Dan akan bertambah, apabil dijumpai jentik di titik yang lain. Misalnya, dijumpai jentik di bak mandi, pemilik denda Rp500. Ketika di rumah yang sama dijumpai jentik di tempat minum burung mereka, pemilik rumah mendapat total denda Rp1.000.
"Yang kami tekankan bukan persoalan nominal denda, melainkan rasa tanggung jawab dari pemilik rumah untuk rajin menjaga kebersihan agar bersih dari jentik," terang lelaki yang akrab disapa Sugi itu.
Mengingat bak mandi adalah lokasi yang riskan menjadi sarang jentik, lanjut Sugi, pihaknya mengimbau warga untuk mengganti bak mandi menjadi ember. Agar lebih mudah dibersihkan atau dikuras.
Satu hal lagi, personel Tamantik RW 09 Sorosutan yang juga tak hanya beranggotan taruna laki-laki, melainkan taruna perempuan, dalam menjalankan tugas selalu mengenakan seragam...
"Hasil jumlah temuan Tamantik, akan dilaporkan kepada Jumantik. Kami berharap kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan serta menghindarkan diri dari jentik semakin meningkat," paparnya.
Rafif Rasendriya, siswa kelas V SD Muhammadiyah Purbayan juga mengemukakan keasikan menjadi Tamantik.
"Seru, jadi pokoknya tugas kita itu senteri bak, nanti kita perhatikan ada jentik enggak. Kalau ada kita jaring, lalu ditulis di laporan," tuturnya.
Sementara Rayhan Imam Darmawan, salah satu personel Tamantik lainnya mengakui hal serupa. Bahkan, siswa yang kini duduk di kelas VI SD Negeri Kotagede 3 itu sudah menjadi personel Tamantik sejak ia masih kelas IV.
"Pernah ada satu rumah dendanya banyak, sampai Rp5.000, soalnya nemu jentiknya banyak, dia kos-kosan juga soalnya," tandasnya. (Han)
TAMANTIK : Taruna Pemantau Jentik : Pasukan Pertahanan Pengendalian Demam Berdarah
Di RW 09 Kelurahan Sorosutan, Kota Yogyakarta, Juru Pemantau Jentik (Jumantik) tak hanya terdiri dari orang-orang dewasa, melainkan anak-anak usia Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama.
Mereka membentuk barisan perang tersendiri melawan keberadaan jentik, dengan nama Taruna Pemantau Jentik (Tamantik) RW 09 Sorosutan.
Ide awal kehadiran Tamantik berasal dari Lurah Sorosutan, Kresno Irianto, pada 2013.
"Saat itu kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sorosutan cukup tinggi, tapi saat ini, kondisi berubah menjadi lebih baik, kasus semakin tahun mengalami penurunan," ujar Lurah Sorosutan, Kresno.
Menurutnya keberadaan Tamantik yang ada di RT. 34 didukung sepenuhnya oleh Kepengurusan baik dari Tingkat RT maupun RW. Pasukan Tamantik terdiri dari relawan yang kebanyakan usia SD . “Ini sangat bagus sebagai upaya pembelajaran kepada anak-anak sejak dini akan arti pentingnya kewaspadaan terhadap Demam Berdarah” tandasnya.
Sementara itu Seksi Pemberdayaan Ekonomi dan Lingkungan RW 09 Sorosutan, Sugiyono menambahkan, pada 2013 itu dari 67 kasus yang terjadi, 10 kasus di antaranya terjadi di RW 09.
Namun berangsur, berkat kehadiran Tamantik pula, kasus berkurang, bahkan pada 2014, nol kasus di RW 09.
Tamantik mulai menjalankan tugas memantau jentik ke rumah-rumah pada Minggu pagi sekitar pukul 07.00 WIB sampai 08.00 WIB atau 08.00 WIB sampai 09.00 WIB. Apabila di kampung ada pengajian Minggu pagi, jadwal keliling mundur menjadi pukul 15.00 WIB sampai 17.00 WIB.
Dengan semangat anak-anak tersebut berkeliling mengunjungi rumah warga untuk mengecek apakah di dalam Bak Mandi atau penampungan air yang ada pada setiap keluarga sudah terbebas dari nyamuk atau belum.
Dengan memakai Kaos Seragam yang dibuat dari dana swadaya Tamantik sendiri, membawa senter dan saringan mereka mencatat ada tidaknya jentik nyamuk yang ada pada bak mandi dari warga yang sudah di cek. Usai mengecek mereka lantas menulis laporan dalam kertas tersendiri dan direkap oleh koordinator untuk selanjutnya dilaporkan ke tingkat RT / RW.
Pasukan Tamantik dibagi ke dalam sebuah regu, satu regu beranggotakan sekitar empat orang. Masing-masing regu bertanggungjawab memantau di sepuluh rumah. Tamantik di Sorosutan memiliki koordinator di RT 32, RT 33, RT34, RT 59.
Dalam tugasnya, mereka memiliki aturan main, apabila dalam sebuah rumah ditemukan titik keberadaan jentik, maka pemilik denda Rp500. Dan akan bertambah, apabil dijumpai jentik di titik yang lain. Misalnya, dijumpai jentik di bak mandi, pemilik denda Rp500. Ketika di rumah yang sama dijumpai jentik di tempat minum burung mereka, pemilik rumah mendapat total denda Rp1.000.
"Yang kami tekankan bukan persoalan nominal denda, melainkan rasa tanggung jawab dari pemilik rumah untuk rajin menjaga kebersihan agar bersih dari jentik," terang lelaki yang akrab disapa Sugi itu.
Mengingat bak mandi adalah lokasi yang riskan menjadi sarang jentik, lanjut Sugi, pihaknya mengimbau warga untuk mengganti bak mandi menjadi ember. Agar lebih mudah dibersihkan atau dikuras.
Satu hal lagi, personel Tamantik RW 09 Sorosutan yang juga tak hanya beranggotan taruna laki-laki, melainkan taruna perempuan, dalam menjalankan tugas selalu mengenakan seragam...
"Hasil jumlah temuan Tamantik, akan dilaporkan kepada Jumantik. Kami berharap kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan serta menghindarkan diri dari jentik semakin meningkat," paparnya.
Rafif Rasendriya, siswa kelas V SD Muhammadiyah Purbayan juga mengemukakan keasikan menjadi Tamantik.
"Seru, jadi pokoknya tugas kita itu senteri bak, nanti kita perhatikan ada jentik enggak. Kalau ada kita jaring, lalu ditulis di laporan," tuturnya.
Sementara Rayhan Imam Darmawan, salah satu personel Tamantik lainnya mengakui hal serupa. Bahkan, siswa yang kini duduk di kelas VI SD Negeri Kotagede 3 itu sudah menjadi personel Tamantik sejak ia masih kelas IV.
"Pernah ada satu rumah dendanya banyak, sampai Rp5.000, soalnya nemu jentiknya banyak, dia kos-kosan juga soalnya," tandasnya. (Han)