Kap Lampu Manis, Dieskpor Sampai Prancis

Warga Kota Yogyakarta tak henti-hentinya berkarya dan berinovasi. Termasuk juga Sumarlan, warga Warungboto, Umbulharjo yang mampu menghasilkan kap lampu unik, tak tanggung-tanggung, produk buatannya ini telah diekspor ke luar negeri.

Tak perlu merasa kesulitan untuk mencari kap lampu yang cantik, atau ingin memiliki kap lampu dengan bentuk sesuai selera, temui saja Sumarlan. Lelaki berusia 65 tahun itu memulai usaha kerajinan kap lampu, sejak 2006 hingga sekarang. Kap lampu beragam bentuk itu dibuat dengan kelincahan dan ketelitian tangannya sendiri. Bahkan ketika dijumpai, akhir pekan lalu, ia sedang asik mengutak-atik produknya.

Beberapa bentuk kap lampu yang mampu ia buat yakni kerucut, bulat, kubus, dan berbentuk seperti ember. Sumarlan dengan yakin mengungkapkan bahwa ia mampu membuat semua ragam bentuk kap lampu.

"Tergantung pesanan dari pembeli maunya bentuknya apa. Tapi memang yang paling sering dipesan yang bentuk bulat, kerucut, ember dan kubus," tuturnya.

Proses produksi kap diawali dengan memotong mika dengan pola sesuai dengan bentuk besi. Besi sengaja dipilih sebagai rangka, agar kap yang dihasilkan kuat dan tahan lama.

Setelah selesai memotong mika sesuai pola, selanjutnya Sumarlan memotong kain berwarna hitam, juga mengikuti pola yang diinginkan.

"Jadi mika ini nanti akan saya tutup pakai kain. Dan kenapa saya pakai kain warna hitam, karena pemesan paling banyak request warna itu," imbuhnya.

Ada juga pelanggan yang mengatakan, kain warna hitam membuat sinar lampu memancarkan ketenangan, ketika menyala.

Langkah produksi yang berikutnya, menjahit kain. Setelah kain dijahit, kain dilekatkan pada mika tadi dengan menggunakan lem. Proses selanjutnya terus dijalankan dengan teliti dan detail, hingga dilakukan tahap finishing.

"Kalau yang berbentuk bulat lebih cepat lama produksinya, karena tidak harus potong mika terlebih dahulu. Sehari bisa menyelesaikan sampai 25 kap," lanjutnya.

Sedangkan, untuk bentuk kerucut dan bentuk ember prosesnya agak lama, karena mika harus dipotong, sehingga dalam sehari, kap yang bisa dibuat sebanyak sepuluh hingga 15 buah. Namun ia memperkirakan secara kasar, dari satu rol bahan mika bisa menghasilkan 30 buah kap lampu. Satu buah kap lampu dijualnya seharga Rp80.000 hingga Rp125.000.

Meski sudah bertahun-tahun menjalankan usaha, Sumarlan masih menemui sejumlah kendala produksi. Seperti bahan mika yang kadang telat berada di tangannya. Meski demikian, kalaupun mika datang tepat waktu, tak melulu berkuakitas sesuai standar yang ia pegang. Kadang masih ada mika yang cacat.

"Kalau sudah cacat gitu terpaksa saya buang, toh kalau dipaksa untuk dijadikan bahan kap lampu, hasilnya jelek, nantinya justru saya sendiri yang merugi," paparnya.

Ia menerangkan, sejauh ini belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai usaha dari Pemerintah Kota Yogyakarta, baik pelatihan produksi, pemasaran, atau beragam bentuk pelatihan lainnya.

"Saya tidak tahu sebenarnya ada atau tidak pelatihan seperti itu. Tapi sampai sekarang saya tidak pernah ikut pelatihan dari Pemerintah Kota Yogyakarta," tandas lelaki berkacamata ini.

Namun demikian ia tetap memiliki harapan, agar produk dan usaha yang ia rintis smakin maju dan laris. Serta bisa diekspor ke banyak negara lain. Karena sementara ini, baru Taiwan dan Prancis yang menjadi negara tujuan ekspor produk kreatifnya ini. (Han)