Disparbud Ajak Anak Bangun Ketahanan Budaya melalui Seni Tari
Derasnya berbagai budaya asing yang ke Indonesia jika tidak dipilah dan dipilih dengan bijak dapat berdampak pada terkikisnya nilai-nilai budaya tradisional bangsa Indonesia. Menutup diri terhadap serbuan budaya asing tersebut juga merupakan hal yang mustahil, maka untuk menghadapinya yang diperlukan oleh Bangsa Indonesia adalah membangun ketahanan budaya yang kokoh.
Ketahanan Budaya dapat dibangun melalui penanaman minat terhadap seni dan budaya tradisional sejak dini. Sebagai manifestasi dari hal tersebut, maka Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) bekerja sama dengan Paguyuban Guru Seni Tari Kota Yogyakarta (PAGUSETA) mengadakan Resital Tari yang diikuti oleh sekitar 200 anak di wilayah Kota Yogyakarta. Resital Tari ini diadakan selama dua hari mulai hari ini, Jum’at (21/8) hingga besok (22/8) di Pendopo Taman Siswa Yogyakarta.
Dikatakan oleh Kepala Bidang Obyek dan Daya Tarik Wisata Disparbud Kota Yogyakarta, RM Budi Santosa, bahwa resital tari tersebut dimaksudkan sebagai pendidikan pada anak-anak untuk menumbuhkan minat akan kesenian tradisional “Dengan mengenal dan mencintai seni budaya tradisional maka anak-anak akan mampu memilah dan memilih seni budaya asing yang masuk agar tetap sesuai dengan karakter bangsa” Demikian ungkap Budi Santosa ketika membuka Resital Tari tersebut.
Lebih lanjut lagi, Budi Santosa juga berharap dengan mempelajari seni budaya tradisional, khususnya seni tari, anak-anak akan memiliki landasan yang kuat dalam membentuk karakternya “Selain mampu mempraktekkan seni tari tersebut, anak-anak juga harus bisa memahami nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya sehingga nantinya bisa membentuk mereka menjadi karakter yang berbudaya” Imbuhnya.
Resital tari ini sendiri merupakan puncak dari pembelajaran yang dilakukan oleh sekitar 200 anak usia SD dan SMP dari 14 Kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta. Para penari cilik tersebut dilatih selama 20 hari oleh guru-guru yang kompeten di bidang seni tari. Dalam resital tersebut, perwakilan setiap kecamatan membawakan satu tarian wajib yaitu Tari Nawung Sekar, sebuah tarian anak-anak gaya Yogya yang diciptakan Retno Noryastuti serta sebuah tarian kreasi.
Di akhir resital nanti, juga akan dilakukan evaluasi, baik kepada penari maupun pelatihnya. Evaluasi ini dilakukan oleh Tim Pengamat yang terdiri dari tiga tokoh seni tari di Kota Yogyakarta, yaitu Dr. Kuswarsantyo, M.Hum dari Universitas Negeri Yogyakarta, Dra. Darumi M.Hum dari Institut Seni Indonesia, dan Dra. Retno Noryastuti dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I, Kasihan Bantul. (ams)