Kamboja Belajar Banyak Di Kota Yogya

Ketua Delegasi Anggota Parlemen Kamboja, Ke Sovannroth mengaku ingin mempelajari cara Kota Yogya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan karena AKL di Kamboja masih tinggi.

Ia mengakui jumlah AKI melahirkan di Kamboja masih tinggi. Saat ini AKI di Kamboja mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Padahal, katanya, pemerintah menargetkan AKI menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup.

Ke Sovannroth mengapresiasi dan memberikan supporting apa yang telah di lakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Yogya tentang pelayanan di masing-masing puskesmas yang ada di Kota Yogya, terutama di puskesmas Mantrijeron.

Pada kesepatan tersebut, ia beserta rombongan langsung melihat bagaimana bentuk pelayanan serta inovasi di Puskesmas Mantrijeron seperti mengunjungi ruang persalinan, ruang laktasi, dan ruang gizi.

Ia mengatakan, Yogyakarta memiliki prestasi yang bagus dalam penurunan angka kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir.

Menurutnya Kota Yogyakata berhasil karena telah meningkatkan akses pelayanan kesehatan melalui investasi besar-besaran pemerintahnya. "Peningkatannya dalam hal infrastruktur transportasi dan fasilitas kesehatan dari pos lokal hingga nasional," katanya usai meninjau Puskesmas Mantrijeron, Jumat (21/8).

Kota Yogya juga dinilainya telah memastikan akses universal kepada tenaga penolong kelahiran yang terlatih. Ia juga mencatat banyaknya pusat kesehatan yang beroperasi selama 24 jam penuh di Kota Yogya.

Dengan melihat Kota Yogya, ia akan memberikan beberapa saran untuk pemerintah Kamboja. Pertama, perlunya investasi besar-besaran infrastruktur kesehatan dan transportasi di daerah rentan, terutama daerah terisolir.

Menurutnya, akses universal kepada tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan tidak berarti tanpa infrastruktur dan transportasi. Ia pun berharap pemerintah Kamboja memperbaiki kualitas rumah sakit pemerintah berikut tenaga kesehatannya seperti jumlah dan kualifikasi dokter, pelatihan, dan penempatan bidan.

Dari kunjungannya tersebut, Ia akan meminta Pemerintah Kamboja untuk bisa lebih fokus memperhatikan kondisi para ibu saat periode paling kritis, seperti masa nifas dengan menginap di tempat perawatan paska melahirkan sampai periode kritis.  “Hal itu dilakukan terutama bagi para ibu di kawasan topografi sulit”ujarnya

Pemerintah juga diharapkan bisa fokus pada kelompok umur yang paling beresiko dengan meningkatkan kesehatan reproduksi.

“Upaya preventif penyebab kematian ibu juga bisa dilakukan dengan pendidikan dan pemberian asupan gizi serta meningkatkan pemahaman kepada kelompok masyarakat pedesaan berpendapatan rendah” katanya.

Meski ia mengakui, jika formula di Kota Yogya diterapkan di Kamboja bukannya tanpa kendala. Ia menjelaskan, wilayah Kamboja cukup luas, dan bahkan ada yang dipisah oleh gunung. Sehingga, untuk menjangkau ibu hamil di wilayah terpelosok sedikit sulit.

Namun, pihaknya menegaskan tidak akan menyerah dengan kondisi geografis demikian. Pihaknya berkomitmen untuk mengurangi AKL.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta Vita Yulia mengungkapkan Ketersediaan bidan dan peralatan kerjanya yang berkualitas dapat membantu menekan angka kematian ibu melahirkan dan bayi.

"Di samping peningkatan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan, pemerataan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan khususnya bidan, menjadi sangat penting," katanya.

Selain itu, lanjutnya partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam melindungi setiap ibu hamil dari risi ko kematian. Salah satunya dengan cara merevitalisasi posyandu.

“Melalui posyandu, masyarakat membuktikan bahwa mereka telah berkontribusi terhadap pemantauan kesehatan ibu dan anak. Jadi, jika ada masalah dengan kesehatan ibu dan bayi, segera dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit,” ujarnya, (Han/Cok)