Wiwit Pari, cara Rejowinangun Pertahankan Keistimewaan sekaligus Ketahanan Pangan Kota Jogja
Sebagai sebuah kota modern yang berbasiskan wisata/budaya dan pendidikan, lahan pertanian di Yogyakarta cukup sempit. Hanya 65 Ha atau 2 % dari total luas wilayah di Kota Yogyakarta. Sempitnya lahan pertanian tersebut ternyata tidak menyurutkan minat masyarakat untuk mempertahankan tradisi yang berkaitan dengan pertanian seperti tradisi Wiwit Pari yang dilaksanakan oleh warga Kelurahan Rejowinangun pada hari Sabtu (29/8) pagi di lahan pertanian Kelurahan Rejowinangun yang terletak di Kampung Pilahan, Rejowinangun, Kotagede.
Dijelaskan oleh Ketua Kampung Wisata Agro Edukasi Rejowinangun, Agus Budi Santosa, wiwit pari merupakan tradisi yang dilaksanakan di awal musim panen padi sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah “Ini adalah pelaksanaan wiwit pari yang ketiga kalinya, tradisi ini kami lakukan menjelang masa panen sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan hasil panen” Jelasnya.
Ditambahkan pula oleh Agus, tradisi wiwit pari dilaksanakan sebagai bagian dari upaya Kelurahan Rejiwangun dalam mengisi keistimewaan Yogyakarta. “Tradisi wiwit pari kami pertahankan sebagai bentuk dari menjaga keistimewaan Kota Jogja, karena salah satu hal yang membuat Jogja Istimewa adalah budayanya. Acara ini sendiri merupakan rangkaian dari pekan Budaya Kelurahan Rejowinangun yang sudah dilaksanakan seminggu ini” Katanya.
Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Yogyakarta, Ir. Aman Yuriadijaya, MM memuji upaya Kelurahan Rejowinangun dalam mempertahankan tradisi ini. “Tradisi semacam ini mampu menjadi bagian dari khasanah kebudayaan Yogyakarta yanng harus dilestarikan sebagai modal wisata dalam membangun Budaya dan Pariwisata Yogyakarta” Ungkapnya.
Lebih lanjut lagi, Aman juga mengapresiasi kehadiran TNI untuk mendampingi petani Rejowinangun dalam membangun ketahanan pangan di Yogyakarta “Kehadiran TNI merupakan bukti dari kebersamaan masyarakat dan TNI, lebih-lebih saat ini pertanian menjadi salah satu operasi khusus TNI sebagai bagian dari strategi ketahanan nasional” Tuturnya.
Pertanian, saat ini memang menjadi salah satu strategi dari TNI untuk menjaga ketahanan pangan nasional, seperti diungkapkan oleh Komandan Kodim 0734, Letkol Infantri Hotlan Maratua Gurning bahwa sempitnya lahan pertanian di Indonesia menjadikan stok pangan semakin sedikit “Harus ada upaya khusus untuk ketahanan pangan agar kita tidak tergantung pada hasil pangan dari negara lain” Kata pria yang sudah dua bulan ini menjabat sebagai Dandim 0734.
“Ketahanan pangan menjadi salah satu perhatian khusus TNI, salah satu upaya kami adalah mengirimkan prajurit Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk mengikuti pelatihan pertanian,baik teori dan prakteik lalu dikembalikan lagi ke masyarakat untuk mendampingi mereka dalam bertani” Tambahnya.
Salah satu hasil pendampingan yang dilakukan oleh Babinsa di Rejowinangun adalah sistem penanaman padi Jajar Legowo atau penanaman yang dilakukan dengan mengatur jarak antar benih pada saat penanaman. Menurut Marsono, seorang petani di Rejowinangun, sistem yang diajarkan oleh TNI ini terbukti mampu meningkatkan hasil pertanian “Dibandingkan cara tradisional, jajar legowo bisa menghasilkan panen yang lebih banyak dengan kualitas yang baik” Ucapnya. (ams)