Miyos Gongso 1949 Jimawal, Dua Perangkat Gamelan Tidak Dibunyikan,  Karena Jatuh Pada Malam Jumat

Rangkaian upacara Sekaten tahun 1949 Jimawal/1437 atau 2015 sudah dimulai, Kamis, (17/12) malam. Upacara diawali dengan dibawanya dua buah perangkat gamelan (gongso) Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nogowilogo dari  bangsal Ponconiti Keraton Yogyakarta ke Masjid Besar Yogyakarta di Kauman.  Acara ini dikenal dengan nama Miyos Gongso.

Prosesi Miyos Gongso diawali dengan  keluarnya dua buah perangkat gamelan  dari bangsal Kothak ke bangsal Ponconiti.  Gamelan  Kyai Guntur Madu ditempatkan di sisi Timur dan Kyai Nogowilogo di bagian barat  bangsal Ponconiti.

Sebelum dibawa ke serambih masjid besar  diadakan serahterima   tanggung jawab  keamanan  dari Keraton Yogyakarta kepada Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini Walikota.  Pihak keraton diwakili oleh KMT. Widyowinoto didampingi KRT. Waseso Winoto selaku Kawedanan Hageng Punokawan Kridomardowo Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sedangkan, Walikota Yogyakarta diwakili Ir. H. Suyana  didampingi oleh Drs. H. Raden Riyo Widhiohadinegoro.

Pada pukul 20.00 wib  utusan dan juga adik  Sri Sultan HB.X  yakni  GBPH. Yudhaningrat dan GBPH. Cakraningrat melakukan upacara sebar udhik-udhik yang berlangsung di bangsal Ponconiti.  Wujud Udhik-udhik ini terdiri uang logam pecahan Rp.1000 dan Rp.500, beras kuning, dan bunga setaman.  Udhik-udhik ini  menjadi rebutan  ratusan warga masyarakat yang telah berkerumun di bangsal Ponconiti sejak sore hari. Mereka datang dari berbagai daerah di DIY dan Jawa Tengah.

Kurang lebih pukul 22.30 WIB kedua perangkat gamelan itu dibawa menuju serambih Masjid Besar Kauman Yogyakarta.  Dengan diangkat para abdi dalem Gladag ( Konco Abang)  Gamelan Guntur Madu dan Nogowilogo diarak melalui rute  bangsal Ponconiti,  melewati regol Brojonolo, menuju Siti Hinggil ke  Pagelaran Kraton.  Keluar pintu Pagelaran Kraton  menuju Alun-Alun Utara melewati jalan conblock. Sesampainya di selatan Ringin Kurung ( 2 pohon Beringin)  berbelok arah ke barat menuju  Masjid  Gedhe (besar) Kauman Yogyakarta.

Sebelum ditempatkan di  Pagongan  Masjid,  secara simbolis diadakan upacara penyerahan Berita Acara tanggung jawab keamanan yang dilakukan oleh Abdi Dalem Reh Keprajan KMT. Drs. H. Dirjo Hadi Taruno didampingi oleh Drs.Riyo Widhiohadinegoro kepada Walikota yang diwakilkan kepada Hadi Mochtar,SE dan selanjutnya diserahkan kepada Camat Gondomanan Agus Arief Nugroho.

Usai penyerahan dua perangkat Gamelan ditempatkan di serambih (Pagongan) masjid.   Gamelan Kanjeng Kyai Guntur Madu disemayamkan di pagongan Kidul (selatan) dan Kyai Kanjeng Nogowilogo di sisi Utara.

Sukirman, seorang penabuh gamelan  mengatakan biasanya setelah upacara penyerahan dua buah pengkat Gamelan ini langsung dibunyikan oleh para Abdi Dalem Niyogo Kawedanan Hageng Punokawan Kridhomardowo, namun pada kali  ini (2015) dua perangkat gamelan ini tidak dibunyikan.  Alasannya karena   Miyos Gongso  tahun ini jatuh pada malam Jumat atau Kamis malam. “ Kalau malam Jumat (Kamis malam) dua perangkat gamelan ini tidak dibunyikan. Itu merupakan aturan turun temurun sejak dulu kala,” ujar Sukirman, salah seorang penabuh yang telah bertahun-tahun dipercaya menabuh gamelan pusaka itu.

Ditanya alasan mengapa tidak dibunyikan pada hari Kamis malam, Sukir panggilan Sukirman mengatakan tidak tahu persis. Namun, berdasarkan sejarah dan cerita para  penabuh sebelum dirinya, bahwa Malam Jumat atau Kamis malam dipakai untuk  kegiatan pengajian atau memberikan kesempatan untuk mendalami ilmu agama (Islam)  dan mendekatkan diri kepada  Allah SWT.  Gamelan tidak dibunyikan hingga selesai sholat Jumat.

Dua buah gamelan ini akan ditabuh setiap hari sampai tanggal 23 Desember 2015 dan dapat disaksikan oleh warga. Setelah itu,  akan dikembalikan lagi ke Keraton Yogyakarta. Peristiwa itu dikenal dengan nama Kondur Gongso. Ppuncak dari semua rangkaian Sekaten akan  diadakan Garebeg Sekaten pada Kamis, (24/12). (@mix)