Masuki Usia Setengah Abad, Masjid Jogokariyan Konsisten Bangun Kampung Indonesia melalui Dakwah

Berdakwah Membangun Kampung Indonesia menjadi tema setengah abad berdirinya Masjid Jogokariyan. Dikatakan oleh ketua panitia Setengah Abad Masjid Jogokariyan, Ust. Salim A Fillah, ungkapan tersebut menggambarkan perjuangan para perintis dakwah di Kampung Jogokariyan dalam membangun masjid tidak sebatas sebagai tempat ritual ibadah semata, namun juga menjadi bagian dari transformasi sosial di Kampung Jogokariyan "Awalnya Jogokariyan merupakan sebuah kampung komunis di mana LEKRA berani mementaskan ketoprak 'Patine Gusti Allah' di dalamnya, namun berkat kegigihan para perintis dakwah, kampung Jogokariyan telah bertransformasi menjadi kampung Islami atau Darussalam" Jelas Ust. Salim ketika membuka acara peringatan 50 tahun Masjid Jogokariyan yang diselenggarakan di Plasa Masjid Jogjokaryan, hari Minggu (31/1) pagi.

Ditambahkan oleh Ketua Takmir Masjid Jogokariyan, Ust. Jazir ASP, Keberadaan Masjid Jogokariyan juga mampu mentransformasikan diri sebagai sebuah institusi yang menyatukan kaum muslimin dari berbagai pemahaman "Masjid Jogokariyan mampu membuktikan diri sebagai institusi yang tak mendikotomi identitas seseorang sebagai muslim, warga negara indonesia yang patriotik, sekaligus menjunjung akar budayanya sebagai orang Jawa" Tutur Ustadz yang juga budayawan tersebut.

Apa yang dilakukan oleh Masjid Jogokariyan tersebut, diapresiasi oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin sebagai suatu bentuk benteng terhadap radikalisme agama yang marak belakangan ini. Dikatakan oleh Lukman Saifudin dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Prof Dr H. Mahasin, Masjid seharusnya menjadi pusat bersemainya semangat beragama yang rahmatan lil alamin, bukan justru menumbuhkan bibit-biobit radikalisme "Perlu beberapa langkah dalam membentengi masjid dari radikalisme seperti meemakmurkan masjid dengan aktifitas yang produktif, menumbuhkan kreatifitas pengurus masjid untuk melakukan kegiatan yang melibatkan publik, serta melaksanakanĀ  standar pembinaan sesuai dengan Islam yang rahmatan lil alamin" Demikian ungkap Menteri Agama dalam sambutan tertulisnya tersebut.

Sementara itu, Walikota Yogyakarta, H. Haryadi Suyuti berharap peringatan 50 tahun Masjid Jogokariyan harus dijadikan sebagai evaluasi dari apa yang sudah, sedang, dan akan dilaksanakan oleh Masjid Jogjokaryan. "Masjid Jogokariyan merupakan contoh dari sinergitas yang baik antara dakwah dan kegiatan kemasyarakatan. Masjid tidak hanya menjadi temapt ibadah, namun juga pusat kegiatan sosial dan budaya di Kampung Jogokariyan. Semoga sinergitas ini terus terbangun dan menjadi sumber inspirasi bagi takmir masjid lain di Yogyakarta" Kata Walikota ketika ditemui di sela-sela acara.

Masjid Jogokariyan sendiri mulai dibangun pada bulan September 1966 di sebuah kampung yang saat itu terkenal sebagai basis komunis, namun dalam perjalanannya, Masjid Jogokariyan mampu mentranformasikan stigma kampung kiri menjadi kampung islami melalui pendekatan sosio-kultural. Tidak hanya berdiri sebagai bangunan untuk ritual kegamaan, Masjid yang terletak di Jl Jogokariyan no 36 ini juga menjadi pusat kegiatan kemasayarakatan dan paguyuban hobi seperti Bregada Prajurit Jogokaryo, Komunitas Djamboel (D'jamah Masjid Bersepeda Onthel), Paguyuban Jemparingan Parto Jogokaryo, Paduan Suara Senandung Masjid, Drum Band, dan Hafiah Tahfizh HAMAS (Himpunan Anak-anak Masjid Jogokariyan).

Dalam peringatan setengah abadnya ini, Masjid Jogokariyan juga meresmikan Islamic Center yang diharapkan mampu memperkaya kegiatan dakwah serta pendidikan, Rumah Tahfizh Masjid Jogokariyan, serta penandantangan MoU antara Masjid Jogokariyan dan Yayasan Dana Sosial Al Falah dalam program pembangunan air bersih di Kabupaten Kulonprogo dan berbagai daerah lainnya. Selain itu, rencananya pada tanggal 7 Februari mendatang akan diselenggarakan Talksohw Kewirausahaan yang menghadirkan Valentino Dinsi, Ketua Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia sebagai pembicara serta Tabligh Akbar bersama Ust. KH Muhammad Arifin Ilham pada tanggal 14 Februari 2016. (ams)