Bridge Program Bangun Persahabatan Indonesia-Australia

Bridge Program yang menjadi program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Australia diharapkan mampu menjadi jembatan antara Indonesia dan Australia dalam membangun hubungan yang lebih baik antara kedua negara tersebut. Salah satu bidang yang menjadi fokus dalam program ini adalah pendidikan. Dikatakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Edi Heri Suasana, Yogyakarta sebagai kota pendidikan juga turut menjadi salah satu lokus pelaksanaan program ini melalui parternship school “Saat ini di Yogyakarta ada empat sekolah yang turut serta dalam partnership school, yaitu SD Marsudirini, SDN Ungaran, SDN Lempuyangwangi, dan SMAN 3 Yogyakarta. Melalui program ini diharapkan terbangun pemahaman antar kedua negara sejak dini sehingga timbul persahabatan untuk dunia yang lebih baik” Ungkap Edi ketika ditemui di sela-sela kunjungan Tim Bridge Project dan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia ke SD Marsudirini Yogyakarta, Rabu (24/2) siang.

Lebih lanjut, program ini juga membuka kesempatan bagi pelajar kedua negara untuk saling mempelajari bahasa dan budaya “Melalui program ini, kita bisa belajar Bahasa Inggris langsung dari native speaker juga budaya Australia, begitu juga sebaliknya, pelajar Australia bisa belajar dan memahami bahasa serta budaya Indonesia” tambahnya.

Sementara itu, dijelaskan oleh Prof. Tim Lindsey selaku Direktur Australia Indonesia Institute yang juga menjadi dewan penasehat Bridge Program, program kerjasama yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2002 ini dimaksudkan untuk memperkuat hubungan bilateral person to person antara Indonesia dan  Australia melalui berbagai bidang seperti olahraga, kepemudaan, kesenian, budaya, dan pendidikan “Hubungan yang dibangun lebih ke person to person, bukan antar pemerintah. Dimaksudkan untuk membangun kemitraan sekolah di Indonesia dan Australia. Dalam program ini ada pengalaman tatap muka sehingga siswa tidak hanya belajar dari membaca saja. Hal ini penting dibangun sejak dini untuk mencegah adanya prasangka antara kedua negara yang selama ini memang seringkali mengalami kesalahpahaman.” Tutur Lindsey.

Ditambahkan oleh Lindsey, melalui program ini, guru-guru dari Indonesia dikirim ke Australia untuk merasakan pengalaman belajar secara langsung di Australia “Pengalaman di Australia bisa menjadi landasan yang kuat bagi guru-guru untuk menjalankan program ini di sekolahnya. Selain itu, program ini juga akan memperkuat kembali studi Bahasa Indonesia di Australia yang saat ini semakin lemah” Tambah pria yang juga Dosen Hukum Indonesia di Melbourne University ini.

Saat ini, di Indonesia sudah 150 sekolah dari berbagai daerah yang ambil bagian dalam program ini, salah satunya adalah SD Marsudirini Yogyakarta yang berpartner dengan Yankalilla Area School dan Rapid Bay Primary School, keduanya terletak di Australia Selatan. Sekolah-sekolah yang turut dalam program ini sebelumnya sudah mengalami seleksi yang cukup ketat. Prof Tim Lindsey selaku pimpinan rombongan peninjau sendiri merasa terkesan dengan keadaan di SD Marsudirini. “Rapi bersih, dan muridnya pandai-pandai. Masalahnya ada pada koneksi internet yang belum cukup memadai. Ini menjadi hambatan yang cukup vital dalam partnership school karena akan menghambat video conference yang dilakukan antar sekolah yang menjadi mitra” Ungkapnya

Dalam kesempatan ini dilaksanakan pula video conference antara SD Marsudirini dengan Yankalilla Aera School. Selama kurang lebih 30 menit, murid-murid SD Marsudirini berinteraksi dengan siswa-siswa Yankalilla Area School. Beberapa murid SD Marsudirini sendiri merasa  senang dengan adanya program ini “Bisa menambah teman, pengalaman, juga pengetahuan tentang budaya dan bahasa” Ungkap salah satu siswa yang ikut mengikuti video conference ini. (ams)