Walikota Minta Warga Rawat Sungai dan Fasum di Bantaran Sungai Winongo,  Target FKWA :  Winongo Wisata 2030

Walikota Yogyakarta H. Haryadi Suyuti berharap warga masyarakat di bantaran sungai Winongo bersama-sama memelihara sungai  dan semua fasilitas yang telah dibangun di bantaran sungai Winongo.  Walikota menyampaikan hal itu saat menghadiri kerja bakti warga bantaran sungai Winongo di wilayah Tompeyan Tegalrejo Yogyakarta, Minggu, (06/03/2016) pagi.

Walikota mengatakan Pemerintah Kota Yogyakarta telah banyak membangun fasilitas umum bagi warga di bantaran sungai  namun  kalau tidak dijaga  dan dipelihara oleh warga sendiri semuanya akan mubazir. “Saya berharap warga juga memiliki rasa handarbeni untuk menjaga dan merawat apa yang telah dibangun Pemerintah Kota Yogyakarta bersama stake holder lain seperti  FKWA (Forum Komunikasi Winongo Asri). Jangan sampai kita hanya pandai membuat tetapi tidak pandai untuk merawat,” ujar Walikota.

Walikota sempat meninjau kondisi terkini fasilitas umum yang dibangun Pemkot Yogyakarta disepanjang titik ungkit Tombro (Tompean, Badran Pringgokusuman) yang diresmikan pada tahun 2012 silam.  Di titik ini telah dibangun fasum berupa kolam renang dilengkapi kamar mandi, wc, dan cuci, gazebo, dan kolam pembudidayaan lele, tempat bermain anak-anak, dan ruang terbuka hijau. Terlihat fasum  itu dalam kondisi yang kurang terurus.  Menurut beberapa warga,  fasilitas umum seperti kolam renang, gezebo dan laiinya,  sekarang ini sudah tidak digunakan lagi. “Sudah lama mas, kolamnya tidak digunakan lagi. Kolam lele juga sudah tidak dipakai. Gazebonya juga hanya  seperti itu, kotor dan untuk tiduran gepeng,” ujar salah seorang warga yang ditemui saat kerja bakti.

Melihat kondisi seperti itu, Walikota langsung memerintahkan lurah  dan FKWA untuk mendata kembali  fasum yang rusak. Setelah didata rencananya dalam waktu dekat ini akan segera diperbaiki. Dengan harapan fasum di bantran Winongo ini  khususnya di titik Tombro bisa difungsikan kembali untuk tempat bermain dan rekreasi warga.

Walikota sangat berharap apabila sudah diperbaiki, warga masyarakat dapat menggunakan  dan meliharanya. Untuk pemeliharaan fasum itu,  Walikota menyerahan sepenuhnya kepada warga masyarakat. “ Untuk pemerliharaannya nanti, saya serahkan ke warga saja ya. Silakan dirembug sing apik dengan RW, RT dan FKWA. Yang penting dijaga dan dirawat dengan baik,” tambah Walikota.

Sementara itu,  koordinator Zona Tengah Oleg Yohan  ditemui saat kerja bakti mengatakan mengatakan  Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA)  kembali  menginisiasi untuk membenahi kembali kawasan sungai Winongo.

Oleg menambahkan  Kerja bakti  bersih sungai Winongo atau disebut Merti Winongo 2016 akan berlangsung bulan Maret hingga November nanti.  Kegiatan akan dilakukan selama 7 hari  dalam satu paketnya dan melibatkan lebih dari 250 warga.  Awal kegiatan bersih sungai Winongo ini ditandai dengan kerja bakti di sepanjang bantaran sungai Winongo dengan momentum  pembongkaran kerambah secara sukarela oleh warga. Oleg mengatakan warga secara sukarela membongkar kerambah beton yang ditanam di tengah sungai yang menurutnya ada yang telah berusia 10 tahun ataun bahkan diatas 10 tahun.  

"Ini adalah momentum yang sangat luar biasa. Karena menyadarkan warga bukan pekerjaan sehari atau dua hari. Secara sosial ini adalah pekerjaan yang cukup panjang. Kita tidak lelah untuk memberikan edukasi kepada warga,”ujar Oleg.

 

Oleg menambahkan FKWA terus melakukan pemahaman (edukasi)  kepada warga  akan beberapa hal yang  merusak lingkungan, termasuk penempatan kerambah di aliran sungai. “Kerambah adalah salah satu penyebab kerusakan lingkungan di bantaran sungai,” imbuhnya.

Selain karambah ada beberapa bangunan liar warga yang berada di bantaran sungai Winongo juga menjadi sasaran.  Untuk hal itu, Oleg  dan rekan-rekannya di FKWA terus  melakukan pendekatan secara persuasif kepada warga khususnya warga yang memiliki bangunan di bantaran sungai. “Ini bukan suatu pekerjaan mudah. Kami butuh waktu untuk melakukan pendekatan secara persuasif dan humanis. Kita tidak mau timbul gesekan-gesekan. Mudah-mudahan warga dapat mengerti dan merelakan bangunan itu untuk ditertibkan,”tambahnya. Oleg mengatakan Warga dan FKWA pasti tidak mau seperti daerah, dimana sudah banyak bangunan liar berdiri baru dilakukan pembongkaran. “ Lebih baik kalau ada satu dua bangunan liar berdiri di bantaran sungai langsung kita peringatkan di awal  daripada sudah banyak berdiri baru kita lakukan pendekatan,”imbunya.

Target ke depan, Winongo Wisata 2030

Target besar dari FKWA dan masyarakat Yogyakarta adalah tercapainya Winongo Wisata 2030. Untuk mencapai cita-cita itu FKWA khususnya di Kota Yogyakarta mencanangkan program  M3K atau Mundur, Munggah, Madhep Kali (Winongo). Dijelaskan ada beberapa rumah dan banguann liar yang terlanjur dibangun  dan tidak sesuai dengan program M3K, pihak FKWA bekerja sama dengan dinas Pekerjaan Umum DIY dan Pemerintah Kota Yogyakata serta aparat kelurahan akan mengedukasi pemiliknya. “Kami akan terus melakukan edukasi  agar warga mau mundur, munggah dan madhap kali (Winongo),”jelas Oleg.

Oleg berharap dengan banyaknya program yang dilakukan oleh banyak stake holder  di bantaran sungai akan mempercepat terwujudnya Winongo Wisata sebelum tahun 2030.     “Ya, harapannya sebelum 2030, sudah tercapai Winongo Wisatanya. Karena dengan banyaknya stake holder membuat kita jauh lebih bersemangat,”harap Oleg Yohan.

Persiapan menuju Winongo Wisata 2030 sudah terus dilakukan dengan sosialisasi kepada masyarakat di setiap titik ungkit. FKWA telah memiliki grand disign  tentang pengelolaan sungai Winongo. Banyak stake holder seperti masyarakat, pengusaha, pemerintah yang akan terlibat di dalamnya. Pengelolaan sungai Winongo juga akan dibagai dalam tiga sekmen, melibatkan lintas wilayah yang dilalui sungai Winongo yakni kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan kabupaten Bantul.  

Wilayah utara atau kabupaten Sleman merupakan daerah  konservasi perlindungan hutan dan penanaman pohon. Wilayah Kota Yogyakarta dengan penataan kawasan rumah atau bangunan  di bantaran sungai Winongo yang tertuang di dalam program M3K. Sedangkan wilayah selatan, kabupaten Bantul  merupakan daerah suaka ikan.

Suaka ikan di kabupaten Bantul akan menjadi sebuah indikator  apakah kondisi sungai Winongo sehat atau tidak. “Ketika bantaran sungai Winongo  di wilayah  Bantul hidup ikan apa saja,  itu secara garis besar menunjukkan  dan memastikan bahwa kualitas air yang ada di sungai Winongo adalah jernih dan sehat,”tegas Oleg Yohan.

Apabila airnya sehat, ekosistem yang ada di sungai sehat menunjukkan warga masyarakat Yogyakarta sudah siap menyambut Winongo sebagai objek wisata dan sekaligus menjadi pelestari lingkungan sungai di Yogyakarta. (@mix)