Walikota: Panen Raya Padi Bisa Jadi Ikon Wisata Baru

Mungkin sebagian orang akan heran bila mendengar  kota Yogyakarta  melakukan panen raya padi. Masih adakah lahan untuk ditanami padi dan tanaman pertanian lainnya?  Jawabannya masih. Jawaban  itu dibuktikan pada  Kamis, (10/03/2016) Walikota Yogyakarta, H. Haryadi Suyuti didampingi Dandim 0734 Yogyakarta Letkol Inf Hoflan Maratua Gurning dan  warga yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) Ngudi Rukun melakukan panen raya  padi sawah di wilayah Wirosaban kelurahan Sorosutan Kecamatan Umbulharjo. Panen raya itu dilakukan di lahan pertanian kota milik seorang warga, H. Mangku Hadisasmito.

Walikota saat ditemui  di lokasi panen raya mengatakan  lahan pertanian kota di Kota Yogyakarta  sekarang ini  tinggal 56 hektar dari total 3250 hektar di wilayah kota Yogyakarta. Dari total itu separuhnya berada di wilayah di kecamatan Umbulharjo yakni  sebesar 29 hektar.  “Dan 12,77 hektar berada di kelurahan Sorosutan,” tambahnya.

Mengingat sempitnya lahan yang dijadikan sebagai lahan pertanian, Walikota  menekankan pada segi kualitas hasilnya. Untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian itu Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian  (Perindagkoptan)  terus memberikan  pendampingan dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada kelompok tani yang ada di Kota Yogyakarta. Selain itu, membantu menyediakan bibit bibit unggul kepada para petani.

Dukungan lain yang diberikan Pemkot Yogyakarta di bidang pertanian kota yakni berkaitan dengan alih fungsi lahan terutama yang berkaitan dengan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Menurut Walikota PBB pertanian sawah akan diberi harga khusus. “Tadi sudah saya katakan bahwa PBB-nya harus diberi nilai khusus untuk lahan pertanian berupa sawah. Khusus sawah diberikan harga khusus  untuk PBB-nya. Sehingga masyarakat tidak lagi terbebani. Lah panene sepiro PBB-ne piro. Ya walaupun di kota jadinya mahal karena NJOP-nya seperti itu,”ujar Walikota.  .

Menanggapi kegiatan panen raya padi sawah di kelurahan Sorosutan,  walikota mengatakan pertama yang dilakukan adalah menyukuri apa yang telah dilakukan oleh masyarakat khususnya di bidang pertanian. Menurutnya, kegiatan panen raya bukan sekedar  seremonial  sebuah kegiatan ekonomi saja. Dirinya berharap  panen raya itu dibarengi dengan peningkatan dari segi kualitas produk yang dipanen. “Karena di wilayah kota Yogyakarta yang tidak terlalu besar  ini, kita tidak lagi bicara kuantitas tetapi bicara kualitas dari panen raya itu,”imbuhnya.

Dijelaskan, dalam rangka peningkatan kualitas ada tiga aspek yang perlu dikemas dalam sebuah kegitan panen raya.  Pertama adalah kegiatan ekonomi.  Kegiatan ini harus bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.  Kedua adalah aspek budaya. Budaya ini juga bisa menjadi tontonan  bagi para wisatawan (pariwisata).  “Ke depan panen raya ini harus dikemas sebagai  event budaya  dan pariwisata. Jadi bukan hanya kita saja, tetapi masyarakat dari luar Yogyakata  bisa mengahadiri sebuah kegiatan pariwisata yang dinamakan panen raya,” tambahnya.

Ketiga menurut Walikota adalah aspek reliji.  Reliji ini selalu dikaitkan dengan  rasa syukur kepada Tuhan atas diberinya kesuburan dan hasil padi yang berlimpah sehingga  dilakukan panen raya. “Rasa syukur bahwa apa yang ditandur (ditanam) saat ini dapat dipanen. Nah itu, tiga hal itu, yakni ekonomi, budaya dan religi bisa menjadi sebuah kemasan dalam sebuah panen raya seperti yang kita lakukan hari ini di wilayah kelurahan Sorosutan, kecamatan Umbulharjo kota Yogyakata,” harap Walikota.

Kegiatan panen raya ini ini juga menurut Walikota tidak terlepas dari bantuan TNI  yang juga memiliki komitmen yang sama dalam  menjaga ketahanan di bidang pangan. Walikota menyitir ada dua hal yang disampaikan oleh Dandim 0734 Yogyakarta bahwa ada ‘proxi war’ yakni ada energi dan pangan. “Kalau kita tahan di bidang energi kita tahan di bidang pangan , insyah'allah Indonesia ini akan tahan dalam menghadapi  situsasi global yang kita hadapi sekarang ini,”ungkapnya.

Walikota mengingatkan  bahwa tinggal 5 kecamatan di wilayah kota Yogyakarta yang masih memiliki lahan pertanian berupa sawah. Untuk itu dirinya menegaskan agar Dinas pertanian (Perindagkoptan) harus fokus , sehingga para petani (pemilik lahan) tertarik terus bercocok tanam di lahan sawah.

Pemerintah Kota Yogyakarta tetap berkomitmen untuk menjaga   sawah di wilayah kota Yogyakarta dengan terus mendorong para pemilik lahan agar tetap menjadikan lahan mereka sebagai lahan pertanian dan tidak dilahfungsikan yang lain. “Mari kita jaga bersama agar lahan pertanian sawah yang masih ada tetap menjadi lahan sawah yang ditanami produk pertanian. Dan tidak beralih fungsi,” ajak Walikota.

Selain panen raya bersama walikota yang didampingi Komandan Kodim 0734 Yogyakarta meresmikan alat penggilingan padi. (@mix)