Hari Sindroma Down 2016: 4 Kecamatan Dibentuk Sebagai Rintisan Inklusif

Sindroma Down atau yang lebih dikenal dengan istilah down syndrome merupakan salah satu kondisi genetik berupa kelainan jumlah kromosom dalam sel. Secara normal, manusia memiliki sel-sel tubuh yang terdiri dari 46 kromosom tetapi pada penderita sindroma down terdapat satu kromosom ekstra sehingga mengakibatkan beberapa derajad ketidakmampuan belajar dengan sejumlah ciri khas.

Sindroma down sebenarnya merupakan sebuah bentuk difabilitas yang cukup umum. Sekitar 1 dari setiap 1.000 bayi terlahir dengan sindroma down. Setiap tahun, lebih dari sekitar 200.000 anak di dunia lahir dengan kondisi ini.

Memperingati Hari Sindroma Down Sedunia yang Ke-4 di Kota Jogja, 500 anak-anak down syndrome dan orang tua yang tergabung dalam Persatuan Orangtua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Kota Yogyakarta menggelar acara di Grha Pandawa dan halaman Balai Kota Yogyakarta, Minggu (20/3).

Ketua POTADS Kota Yogyakarta Sri Rejeki Ekasasi mengatakan, sebagian besar anak-anak dengan down syndrome memilih di rumah saja selepas mereka menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA. Hal ini lantaran aksesibilitas pendidikan di jenjang selanjutnya bagi anak ini masih minim.

“Untuk itu pada peringatan ini diharapkan masyarakat semakin menyadari keberadaan anak dengan down syndrome dan mengakui bahwa mereka mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti anak-anak yang lainnya,” terangnya.

Ia menambahkan selama ini sebagian besar anak down syndrome disekolahkan di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sebagian di sekolah inklusi. Namun yang menjadi masalah adalah setelah anak down syndrome lulus dari jenjang SMA.

“Pasalnya jenjang berikutnya tidak aksesibilitas. Di sisi lain jika harus bekerja, tidak semua perusahaan atau lapangan kerja bisa menerima down syndrome karena keterbatasan kemampuannya,” katanya.

Ia berharap kepada seluruh orang tua dari anak dengan down syndrome tidak disembunyikan tetapi justru diajak berbaur dan melakukan kegiatan layaknya masyarakat karena penyandang down syndrome ini juga bisa melakukan berbagai kegiatan seperti masyarakat pada umumnya.

Dalam peringatan tersebut anak-anak down syndrome menampilkan berbagai kebolehan mereka, diantaranya menari dan aksi pencak silat.

Sementara itu, Walikota Yogyakarta dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kepala Bidang Rehabilitasi Pelayanan Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta Okto Nur Arafat, berharap kegiatan Peringatan Hari Sindroma Down Dunia dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap down syndrome.

“Kota Yogyakarta sebagai kota inklusi akan kita mantapkan. Berikan ruang yang lebih baik bagi down syndrome,” tegas Walikota.

Okto menambahkan, saat ini sudah terbentuk empat kecamatan sebagai rintisan inklusif yakni Wirobrajan, Tegalrejo, Kotagede dan Gondokusuman. Sepuluh kecamatan lainnya juga tengah didata dari sisi sumber daya manusianya.

“Jika ada kelompok masyarakat yang bersedia menggerakkan penyandang down syndrome di wilayahnya, kami siap memfasilitasi kegiatannya,” pungkasnya. (cok)